"Kau bisa duduk disini, disini tempat kakek biasa menghabiskan waktu kala tidak ada kegiatan" sang kakek memegang pundak Aaron sambil menyuruh Aaron duduk dikursi tua dengan sandaran badan serta kaki dengan gerakan tangannya, "Malam-malam disini tidak sama dengan malam yang biasa kau lewati diatas sana, nak" kata sang kakek sambil duduk di kursi kecil tepat didepan Aaron.
"Emang kena.." Sretttttt, terdengar bunyi yang tidak tahu dari mana, bunyi itu langsung memotong pertanyaan yang baru saja ingin Aaron katakan dan meninggalkan wajah cemas di muka Aaron.
"Sudah kakek duga, makhluk disini pasti penasaran dengan pendatang baru"jawab sang Kakek dengan nada tenang namun menegangkan.
"Kau tetap disini" kata sang kakek lalu bergerak dengan cepat kebelakang, tampaknya iya mengambil sesuatu.
Tak berapa lama sang kakek kembali, "Jangan bersuara, ini tidak akan apa-apa" kata sang kakek yang sedang membidik ke arah pintu dengan senapannya.
Segera saja terdengar bunyi langkah kaki yang tampak aneh, seperti bukan manusia, terlebih datangnya dari dua arah, Aaron tampak ingin beranjak dari tempat ia berada, namun dengan isyarat tangannya sang kakek menyuruhnya untuk tetap disana.
"DUAR!" sang kakek menembakkan senapannya yang tampaknya tidak mengenai apapun, suasana menjadi hening seketika, lalu sang kakek secara perlahan berjalan ke arah pintu, sambil tetap dengan posisi bersiap untuk menembak,"kau pandai menembak, nak?" tanya sang kakek sambil tetap memidik kedepan, "aku sering menembak cicak waktu kecil" jawab Aaron polos, "sekarang kau pergi kebelakang dan ambil senapan yang kecil, aku juga tidak bisa memastikan bahwa kau akan selamat malam ini" lanjut sang kakek, nadanya menciptakan suasana mengerikan.
Aaron pergi kebelakang dengan tergesa-gesa, lalu membuka kotak yang cukup besar, dia langsung terkejut, "banyak kali senjata si kakek ini" gumamnya, diapun segera mengambil senapan kecil berwarna hitam yang ada dalam kotak itu. Segera dia kembali kedepan, dan tiba-tiba wajahnya berubah pucat, ketika dia melihat sang kakek tidak ada disana, pintu depan itu terbuka, dan senapan sang kakek terlihat ada diatas lantai kayu rumah tua itu.
Malam ini benar-benar malam yang baru bagi sosok anak muda itu, suasana, pemandangan, dan aura di dunia dalam jurang ini berbeda dengan dunia diatas sana, malam ini bulan purnama, entah kemana sang kakek pergi, meninggalkan wajah cemas pada sesosok pemuda yang masih berusia 19 tahun itu, keringat perlahan keluar dari keningnya, padahal malam itu sangat dingin, masih dengan senapan kecilnya, Aaron memberanikan diri untuk berjalan secara perlahan menuju pintu depan, suara kakinya jelas sekali terdengar diatas lantai kayu itu. Tepat didepan pintu antara dalam dan luar rumah Aaron berada, diapun mengeluarkan kepalanya sedikit, melihat kekiri dan kekanan, sepertinya tidak ada apa-apa, diapun melanjutkan untuk melangkah lebih jauh lagi meninggalkan rumah tua itu, tak sampai 10 meter dari rumah tersebut, dia mendengar suara berisik yang berasal dari sebuah pohon besar yang memiliki banyak akar-akar bergelantungan diranting-rantingnya, Aaron menelan ludah sedikit, lalu berjalan kearah pohon tersebut, "PUGHH" sesuatu menepuk tangan Aaron, sontak saja dia kaget dan senapannya pun lepas, "aku suka gayamu nak, kau pemuda yang pemberani" kata yang ternyata adalah sang kakek, "kau dari mana kek? kok senapanmu ditinggal?" tanya Aaron sambil memegang tangannya yang kena tepukan tadi, "kau tidak bisa menggunakan senapan untuk sesuatu yang nanti akan menyerangmu tiba-tiba dari depan, belakang, ataupun dari arah mana saja, kau butuh sesuatu untuk itu, dan itu bukan senapan" jawab sang kakek sambil mengarahkan golok ke pohon besar itu, "terus siapa yang menyerang kita tadi?" lanjut Aaron, sang kakek mengajak Aaron untuk pergi ke belakang pohon itu, "astaga! apa itu kek?" respon Aaron ketika melihat makhluk seperti kucing namun memiliki gigi yang jauh lebih panjang dari singa, "itu mngwa, kau mau giginya?" tanya sang kakek sambil sedikit ketawa, tanpa menunggu jawaban dari Aaron sang kakek langsung memotong gigi mngwa tersebut lalu menyimpannya di tas kecil yang selalu dibawanya, "kita akan buat kalung dari ini nanti, mngwa yang lain akan takut". Sang kakek dan anak muda itupun beranjak meninggalkan pohon tersebut, mereka berjalan kembali kerumah tua itu, sambil bercakap-cakap disela-sela perjalanan, mata sang kakek tetap awas terhadap sekitar, namun Aaron tidak menyadari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar