Matahari kini telah berhenti menjalankan tugasnya,
lalu meminjamkan cahayanya ke temannya yang akan bertugas malam itu, hari pun sudah
gelap, suara binatang-binatang dari hutan menjadi penghias setiap malam di desa
itu.
"Aaron kok belum pulang ya, pa ? tanya ibu Aaron ke suaminya yang sedang membaca koran di depan ruang Televisi.
"Gatau tuh anak kemana ya, udah mau jam 8 ini, nanti coba papa ke warung pak Subagyo" Jawabnya sambil membalik lembaran koran yang sedang dibacanya.
"Tadi Ibu lewat situ sih, tapi Aaron gak ada, kata kawan-kawannya sudah pulang" kata Ibu Aarondengan nada sedikit cemas.
"Waduh, kemana tuh anak, gawat ini" jawab Papa Aaron yang lalu membuka melepaskan kacamata rabun jarak dekatnya, lalu menutup lembaran koran itu dan menaruhnya begitu saja di atas kasur tempat ia duduk.
Sejenak pembicaraan mereka pun terdengar semakin serius diiringi dengan suasana malam yang cukup mencekam, keempat adik-adik Aaron sudah beranjak ke tempat tidur masing-masing. Malam itu ayah dan ibu Aaron keluar dan mengunci rumah mereka dengan pelan, seolah tak mau anak-anaknya terbangun karenanya, mereka mau pergi ke rumah kepala desa, pak Ahmad, yang berjarak kurang lebih 400 meter dari rumah mereka.
"Assalamualaikum pak, pak Ahmad" kata pak Akbar sambil mengetok-ngetok pintu rumah pak Ahmad.
Tidak lama kemudian terdengarlah suara langkah kaki yang semakin lama semakin dekat menuju pintu.
"Walaikumsalamm, wahh, ada apa ini Pak, Buk, malam-malam gini datang kemari?" tanya pak Ahmad dengan nada yang ramah namun sedikit bingung.
"Ahaha, anu, ini pak, si Aaron" jawab pak Akbar sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan kelima jarinya.
"Aaron? ada apa dengan Aaron pak?" tanya pak Ahmad mengenyitkan dahinya.
"Aaron belum pulang pak, kami tidak tahu dia kemana" jawab Ibunya Aaron yang dari tadi hanya diam, nadanya seolah-olah seperti ingin menangis.
"Waduh! sudah jam berapa ini? oalahh, kemana anak itu? Mari duduk dahulu” jawab pak Ahmad dengan nada yang lebih tinggi lalu mempersilahkan mereka berdua untuk duduk di kursi teras rumahnya.
Dan percakapan mereka pun menjadi semakin serius, pak Ahmad menyuruh istrinya yang daritadi berdiri dibelakang pak Ahmad menyaksikan pembicaraan mereka untuk menyiapkan kopi dan teh untuk ayah dan ibu Aaron.
Sementara itu, di dinginnya malam dan terangnya cahaya rembulan, suara jangkrik dan daun yang terhembus angin malam itu menemani langkah pemuda pemberani yang sedang berjalan menuju kearah jalan tepi jurang tersebut, suara langkahnya terdengar sangat jelas mengingat suasana jalan menuju tepi jurang itu ialah hutan yang sangat sunyi.
"Sudah malam begini, aku khawatir ayah dan ibu cemas dan mencariku" gumam Aaron dalam hati.
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri jalan tanah yang masih tidak rata itu,akhirnya Aaronpun sudah berada sekitar 30 meter dari tepi jurang, dari sini, Aaron bisa melihat tepi jurang tersebut, tidak ada orang disekitar, namun Aaron tetap tenang sambil meneruskan perjalanannya.
"Aaron kok belum pulang ya, pa ? tanya ibu Aaron ke suaminya yang sedang membaca koran di depan ruang Televisi.
"Gatau tuh anak kemana ya, udah mau jam 8 ini, nanti coba papa ke warung pak Subagyo" Jawabnya sambil membalik lembaran koran yang sedang dibacanya.
"Tadi Ibu lewat situ sih, tapi Aaron gak ada, kata kawan-kawannya sudah pulang" kata Ibu Aarondengan nada sedikit cemas.
"Waduh, kemana tuh anak, gawat ini" jawab Papa Aaron yang lalu membuka melepaskan kacamata rabun jarak dekatnya, lalu menutup lembaran koran itu dan menaruhnya begitu saja di atas kasur tempat ia duduk.
Sejenak pembicaraan mereka pun terdengar semakin serius diiringi dengan suasana malam yang cukup mencekam, keempat adik-adik Aaron sudah beranjak ke tempat tidur masing-masing. Malam itu ayah dan ibu Aaron keluar dan mengunci rumah mereka dengan pelan, seolah tak mau anak-anaknya terbangun karenanya, mereka mau pergi ke rumah kepala desa, pak Ahmad, yang berjarak kurang lebih 400 meter dari rumah mereka.
"Assalamualaikum pak, pak Ahmad" kata pak Akbar sambil mengetok-ngetok pintu rumah pak Ahmad.
Tidak lama kemudian terdengarlah suara langkah kaki yang semakin lama semakin dekat menuju pintu.
"Walaikumsalamm, wahh, ada apa ini Pak, Buk, malam-malam gini datang kemari?" tanya pak Ahmad dengan nada yang ramah namun sedikit bingung.
"Ahaha, anu, ini pak, si Aaron" jawab pak Akbar sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan kelima jarinya.
"Aaron? ada apa dengan Aaron pak?" tanya pak Ahmad mengenyitkan dahinya.
"Aaron belum pulang pak, kami tidak tahu dia kemana" jawab Ibunya Aaron yang dari tadi hanya diam, nadanya seolah-olah seperti ingin menangis.
"Waduh! sudah jam berapa ini? oalahh, kemana anak itu? Mari duduk dahulu” jawab pak Ahmad dengan nada yang lebih tinggi lalu mempersilahkan mereka berdua untuk duduk di kursi teras rumahnya.
Dan percakapan mereka pun menjadi semakin serius, pak Ahmad menyuruh istrinya yang daritadi berdiri dibelakang pak Ahmad menyaksikan pembicaraan mereka untuk menyiapkan kopi dan teh untuk ayah dan ibu Aaron.
Sementara itu, di dinginnya malam dan terangnya cahaya rembulan, suara jangkrik dan daun yang terhembus angin malam itu menemani langkah pemuda pemberani yang sedang berjalan menuju kearah jalan tepi jurang tersebut, suara langkahnya terdengar sangat jelas mengingat suasana jalan menuju tepi jurang itu ialah hutan yang sangat sunyi.
"Sudah malam begini, aku khawatir ayah dan ibu cemas dan mencariku" gumam Aaron dalam hati.
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri jalan tanah yang masih tidak rata itu,akhirnya Aaronpun sudah berada sekitar 30 meter dari tepi jurang, dari sini, Aaron bisa melihat tepi jurang tersebut, tidak ada orang disekitar, namun Aaron tetap tenang sambil meneruskan perjalanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar