Jumat, 12 Desember 2014

Dunia Dalam Jurang 3


   "Akhirnya sampai juga, coba kita lihat dulu dari atas sini apa yang ada dibawah sana, hahaha" suara Aaron terdengar jelas diantara sunyinya hutan itu.
   Aaron pun mulai menggerakkan kakinya memijak pinggiran dari tepi jalan itu, lalu mendongkkan kepalanya kedapan sambil wajahnya mengarah kebawah agar dia dapat melihat ke dalam jurang dengan jelas.
   "Gelap sekali, gua rasa disini memang tidak ada apa-apa, yaudah lebih baik gua balik, ayah dan ibu pasti udah cemas banget nih" gumam Aaron dalam hati sambil membelakangi jurang yang baru saja di lihatnya tadi.
   Namun, disaat Aaron ingin melangkah meninggalkan tepi jalan jurang tersebut, kakinya terpleset! Aaron spontan berteriak, meraba-raba dengan cepat mencari pegangan sambil perlahan-lahan tubuhnya meluncur ke dalam jurang tersebut, suara teriakannya terdengar semakin menjauh, mengetahui dalamnya jurang tersebut hampir seribu meter.

   Tidak lama kemudian, Aaron sudah berada dalam jurang tersebut, perlahan-lahan kesadarannya semakin pulih, dan Aaron ,membuka matanya dengan perlahan, dia masih belum menyadari bahwa sedang terkapar, karena matanya  hanya melihat langit yang kebetulan sangat gelap saat itu.
   "Pa..pasti gua sudah berada di alam lain, gua pasti sudah mati, maafkan gua ayah, ibu, hikss" Aaron berbisik sambil terisak, air mata mulai mengalir perlahan dari mata kirinya.
   "Ada apa denganmu anak muda? apakah kau seorang manusia ?" terdengar suara yang kelihatannya bertanya kepada Aaron, namun tidak jelas dimana suara tersebut berasal.
   Aaron pun terkejut mendengar suara tersebut, dia segera bangkit, dan melihat sekelilingnya, ya, dia menyadari bahwa dia belum mati.
   "Gua belum mati? dimana ini? dan siapa kau?" Tanya Aaron sambil melihat ke atas.
   "Mati? Tidak ada yang mati jika jatuh kesini kecuali memang sudah mati dari atas sana, aku adalah penjaga kawasan ini" kata yang ternyata adalah seorang kakek yang berusia sekitar 70 tahun,mengenakan baju kain yang lusuh berwarna coklat tua, dan celana jean yang koyak-koyak seperti yang biasa dikenakan oleh personil band yang suka bernyanyi dengan suara serak, tubuhnya masih terlihat tegap, rambutnya yang abu-abu nyaris tidak terlihat karena malam hari.
   "Loh? kau manusia ?" Kata Aaron yang kaget melihat kakek itu, dia mengusap matanya ,memejamkan dan membukanya, lalu mengusapnya lagi seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
   "Ya, aku adalah satu dari  manusia disini, ya benar, disini juga banyak manusia, sepertimu, namun disini apa yang mereka katakan sebagai evolusi tidak terjadi, sehingga kau akan sering menjumpai makhluk-makhluk yang hidup sudah sejak ratusan juta tahun yang lalu dan masih memiliki bentuk tubuh yang sama, tidak berubah, manusia purba juga ada disini, walaupun jumlah mereka sekarang tidak banyak lagi karena sudah didominasi manusia modern yang juga jatuh kedalam jurang ini, beberapa makhluk hybrid juga ada, yang bentuknya tidak jelas dan berkombinasi, kebanyakan manusia yang jatuh disini sulit beradaptasi serta bertahan sehingga mati lebih awal, manusia-manusia yang bertahan adalah manusia yang hebat, karena mampu bertahan di daerah ini, kita tidak tahu sewaktu-waktu ada yang menyerang kita, tapi kau beruntung, yang menemukanmu bukan penduduk, tapi aku yang dulu juga jatuh disini" jawab sang kakek sambil melihat ke arah langit.
   "Kau juga jatuh? terus udah berapa lama kau disini?" tanya Aaron semakin penasaran.
Sang kakek melihat ke arah Aaron, lalu menarik nafas yang panjang, menatap dalam-dalam mata anak muda yang baru saja ditemukannya itu"Aku ada disini sejak umurku 7 tahun, aku dulu ikut ibuku mencari kayu bakar ke hutan, tapi aku pas tiba di jalan tepi jurang ini, aku berhenti dan ibuku terus berjalan tidak menyadarinya, aku melihat-lihat sebentar ke jurang ini, lalu pas mau menyusul ibuku, aku seperti ditarik sesuatu, aku jatuh disini tidak mati, karena aku jatuh juga disebuah sungai, dan disitu aku diselamatkan oleh ular bertanduk yang panjangnya kira-kira 20 meter, dia adalah ular yang baik, sayang, dia mati dibunuh saat perperangan terjadi" Sang kakek bercerita.
   "Peperangan? Ular sepanjang 20 meter?” tanya Aaron yang mengenyitkan dahinya lalu memiringkan kepalanya sedikit.
   Disini bulan terlihat lebih jauh, namun cahayanya yang indah tetap mampu menjangkau sampai kebawah sini, sehingga penerangan disini tetap sama dengan dunia di atas sana, tetapi dari atas sana seorang kakek dan pemuda yang baru saja bertemu itu tak mungkin terlihat, tapi benar, ini benar-benar dunia dalam jurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar