Senin, 06 Februari 2017

Parallel (5) : What make you doesnt leave

"Jadi gini, aku pernah baca tentang teori yang masih konspirasi, yaitu tentang dunia paralel, yang kau lihat dan yang kau alami saat ini, ada berjuta bahkan millyaran dunia yang berbeda namun sama, dan kita ada di disalah satu millyaran tersebut"

   Percakapan kami di halaman belakang rumah nenek kali ini adalah percakapan paling serius seumur hidupku berbicara dengan bang Fad, oh ya, halaman ini hanya seluas kira-kira 20x30m, ada satu gazebo kayu yang kami duduki sekarang ini, di kiri dan kanan dibatasi oleh dinding rumah nenek sendiri, 'keluarga'ku mungkin sibuk berbicara dan bertanya tentang kehidupan belakangan ini, sama seperti apa yang selalu mereka lakukan setiap berkunjung kesini
"Gus, aku akan memesan taksi, sedangkan tugasmu adalah berpura-pura..."
"Berpura-pura bahwa abang kabur?"
Bang Fad membuka matanya sedikit lebih lebar, dan sekejap raut wajahnya berubah menjadi wajah seperti seseorang yang tahu bahwa dia berhasil mengajarkan abjad kepada anak berusia 3 tahun,
"Kau harus menunjukkan bakat terpendammu itu kepadaku"
Bang Fad lalu bangkit dari tempatnya
"Eh, tapi apa abang tau tempat persisnya dimana?"
"Itu terlalu mudah untuk orang yang berpikiran panjang sepertiku" bang Fad menunjukkan google maps dan lokasi pintu tersebut sudah ditandainya, gila, aku bahkan menduga bahwa dia tidak peduli dan langsung tidur begitu masuk ke dalam mobil
"Akan kukirim lokasi nya saat diperjalanan nanti, sekarang aku harus berpura-pura pergi kekedai dan meminta duit dari Ibu"
.....
"Kabur?! Mau kemana abangmu itu?"
Seisi rumah kaget dan ayah buru-buru mencari kunci mobil.
"Ayo Gus, Ibu dan yang lain tunggu disini"
.....
   Waktu di jam tanganku menunjukkan pukul 9 tepat, ayah tampak sangat tidak tenang mengendarai mobil, ia terus menerus melirik ke kiri dan kanan dengan cepat, beberapa kali aku melihatnya ingin mengatakan sesuatu, atau mungkin mengumpat, namun ia tahun dengan menghembuskan nafas yang panjang.
   Kami sudah 80km menuju jalan pulang, dan beberapa menit lagi akan sampai ditempat tujuan, aku bahkan baru menyadari betapa cepatnya bang Fad berpikir dan beraksi, orang biasa mungkin akan terpikir sebuah ide dan mengulangnya di dalam pikirannya untuk beberapa hari.
   Tiba-tiba hpku berdering, aku belum sempat mengecek penelponnya,
"Berikan kepada ayah" ayah mengulurkan tangan kirinya ke arahku
"Fad?Fad dimana kamu?"
"Selamat siang, apakah ini keluarga Fadal Halim?"
Ayah tersentak dan langsung meminggirkan mobilnya,
"Iya pak, benar sekali"
"Ya Tuhan" dengan suara pelan sekali yang hanya terdengar olehku, wajah ayah seperti ingin menangis.
"Mohon maaf pak, taksi dengan berplat D 2549 AB telah mencuri Fadal Halim dan kami akan melacak pelakunya tepat saat telpon ini ditutup, ada pertanyaan?"
"Ba..ba, ehm, bagaimana bapak bisa tahu?"
"Ya, kami menemukan sebuah dompet dan sebuah kertas di depan kantor kami, kemungkinan saudara Fadal sudah mengetahui aksi sang pencuri"
"Apa, apa isi kertas tersebut pak?"
"Disana hanya tertulis nomor bapak, sangat cerdas"
"Apa kami boleh mengikuti bapak? Oh ya apakah ada ponsel juga yang mungkin dilempar anak saya pak?" Ayah menghidupkan mobil
"Boleh, pergilah ke kantor kami di perbatasan, tidak ada, kami sudah mengecek sekitar begitu menemukan dompet dan kertas itu"
"Baiklah pak kami kesana"
"Terima kasih"
   Wuuuunnngg dan mobil kami melaju dengan cepat, aku ingin menghubungi bang Fad, tapi ada sesuatu dalam diriku yang mengatakan jangan, dan sesuatu itu juga membuatku berfirasat bahwa aku tidak akan pernah bertemu bang Fad lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar