Minggu, 05 Februari 2017

Parallel (2) : Door of Parallel

   Mengemudi di pagi sekali tidaklah sama dengan mengemudi di malam hari, meski keduanya hampir sama dalam penerangan, mengemudi di jam 2 pagi seperti berangkat ke kantor lebih awal, sedangkan mengemudi di malam hari sama seperti macet di siang hari.

"Gimana ma, ada telpon dari Ibu?" Tanya ayah melirik sebentar ke arah Ibu,  lalu kembali fokus ke jalan.

Ibu mengecek Hp nya,
"belum pa, tapi kalau gak salah tadi kata Ibu bang Aris sudah berangkat, pas waktu kita sedang bersiap-siap tadi, mungkin keluarga mereka sebentar lagi sampai" Ibu kembali memasukkan HP nya kedalam tas kecil yang dipangkunya.

   Bang Fad selalu tidur di perjalanan, sedangkan Vivi tidak banyak omong, bahkan ketika kita berpikir dia tidur, dia tetap terjaga, Vivi jarang sekali tidur di perjalanan.
   40 menit berlalu dan sebentar lagi jam 3 pagi, sudah mulai berdatangan truk-truk dari luar kota yang menuju ke kota kami, kecepatan mereka harus diwaspadai.

"Aduduh Aduh, yah berhenti bentar, Fad mau pipis" Bang Fad tiba-tiba bangun, menepuk-nepuk jendela mobil disampingnya.

"Tunggu sebentar" Ayah menjawab sambil melihat ke kiri dan depan, mencari tempat yang pas sambil tetap waspada ke jalan.
Akhirnya ayah meminggirkan mobilnya, di depan sebuah kebun sawit yang cukup luas

"Gus, kawanin abang bentar, ayo" Bang Fad lalu turun, begitu juga aku turun di pintu yang sudah dibuka bg Fad, soalnya pintuku mengarah ke jalan.

   Bang Fad jalan beberapa meter menjauhi mobil, suasana gelap dan aku hanya mendengar bunyi gresek dari bang Fad yang melangkah, aku hanya membiarkannya karena tidak ada perasaan atau pikiran negatifku tentang kebun sawit ini, ya benar tentang hantu ataupun binatang liar.

"Jangan lupa minta izin dulu bang" teriakku, karena kepercayaan masyarakat kami, jika ingin buang air di daerah yang tidak kita kenali, harus beri salam atau minta izin, kalau tidak kita akan sial dan diikuti oleh 'pemiliknya'.

......
  
   Aku liat jam di tangan kiriku, jam tangan hitam kulit pemberian kakekku, sangat lengkap, dari detik, menit, cuaca, tanggal bahkan suhu sekitar, dan ini sudah lebih 1 menit dan bang Fad tidak bersuara, aku tetap sabar..

"Gus...sini bentar, sini" baru saja aku curiga, bang Fad memanggilku.

   Aku berjalan lurus ke depan, masih ada sedikit pencahayaan jadi aku tidak memerlukan senter.

"Gus, coba hidupkan senter, ada yang aneh" bang Fad mendorong-dorong pundakku

   Aku segera mengambil HP ku di kantong celanaku, lalu menghidupkan fitur senter yang tersedia.

   "Apa?! Apa ini ?!!" Suara bang Fad cukup keras untuk terdengar dalam jarak 5 meter, tapi mungkin tidak terdengar oleh yang di mobil,

   Di depan kami ada sebuah pintu tua terbuat dari besi, yang tingginya kira-kira 11 meter, dan tampaknya pintu ini berada diantara dinding yang ditutupi oleh tumbuhan-tumbuhan liar.

"Barang kali ini pintu menuju ke tempat yang punya kebun ini bang, sudah ayo kembali ke mobil" ujarku sambil membalikkan badan dari pintu itu, masih mendengar suara mobil kami dari jarak ini.

"Srek...." Bang Fad mendorong pintu yang ternyata tak dikunci itu.

"Tidak dikunci" ucap bang Fad sambil menoleh ke arahku, raut wajahnya seperti penasaran dan senang yang bercampur menjadi satu.

"Jangan bang, itu gak sopan!" Tegasku
Bang Fad tanpa mempedulikan ucapanku langsung main cucuk masuk ke dalam pintu tersebut, mau tidak mau aku harus mengikutinya.

"Bang!" Teriakku.

   Setelah masuk, kamipun berada di sebuah lapangan, ya setidaknya tampak seperti lapangan kosong, yang sangat luas, tapi diujung mata kami, yang jaraknya kira-kira 70 meter, ada sebuah pintu yang sama dengan pintu tadi, ah ngomong apa aku ini..

"Bang kita harus kembali ke mobil sekarang" ucapku untuk yang kedua
kalinya, sambil membalikkan badan

....

....

dan mendapati pintu tadi sudah tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar