Kamis, 09 Februari 2017

Parallel (8) : Kepo

   Tibalah gelap menyelimuti langit, yang menyisakan sedikit goresan merah tebal, kadang kuning ikut disana, sang purnama yang tadinya malu-malu, kini sudah percaya diri untuk menampakkan dirinya pada dunia, cerita pagi tadi sudah ditutup dan kini saatnya bagi ia untuk menciptakan cerita sendiri, tentang apa saja yang terjadi dibawah pengawasannya.
   Selepas mengobrol di gazebo sore tadi, bang Fad pergi ke kamar Ayah di atas sedangkan aku menonton TV dan dibuat bosan setengah mati ole percakapan dan nasehat nenek yang entah berapa puluh kali sudah diulangnya, tapi sebagai cucu yang baik, setidaknya seperti itu kata nenek, aku tetap mendengarkan dan sesekali bertanya untuk menunjukkan kontribusiku pada rencananya yang bertujuan membuatku menjadi anak yang baik dan berbakti.
   7 menit lagi pukul 7 malam, kebetulan sekali bang Fad baru saja turun dari tangga, dan langsung keluar dari rumah, tentu saja aku mengikutinya, dan tentu saja meminta sedikit uang jajan sama nenek.
.....

"Jadi apa rencanamu?"
"Meminjam kunci motor bang Billy"
"Loh bukannya abang sudah hampir 1 jam dikamar ayah?"
"Iya, kata ayah dia mau makai mobil pergi kerumah temannya"
"Ooh, yaudah aku udah ada uang bensin"
"No..no..no" bang Fad menunjukkan tiga lembar kertas merah
"Uang siapa?"
"Uang taksi tadi pagi ditambah sisa dompetku"

   Kami menuju garasi sebelah kiri, yang belum dikunci karena belum waktunya (garasi dikunci pukul 11 malam), dan bang Fad yang membawa motornya, dan kamipun bergerak perlahan menjauhi rumah nenek.
   Kami tidak langsung pergi ke lokasi pintu itu, tetapi harus mengisi bensin, dan kami lupa kalau ini malam minggu, perlu waktu 15 menit sampai tiba giliran motor kami.
.....
   Sejujurnya aku sedikit takut kami mengemudi di jalan lintas di jam-jam malam, karena ramainya mobil dan jarang ada motor, meskipun kami berdua memakai helm, itu tidak bisa memastikan kalau kami masih hidup jika sampai bertabrakan dengan....ya Tuhan, kenapa aku memikirkan yang aneh saat diperjalanan.

"Pelan dikit bang!" Teriakku, karena suaraku di kecepatan 100km/jam hampir tak terdengar.

   Dilihat dari cara bang Fad mengemudi, aku curiga kalau dia punya cita-cita di hati kecilnya yang tak tersampaikan, yaitu menjadi pengikut rossi, caranya menyelip dan menyalip tanpa banyak menurunkan kecepatan sering sekali membuat jantungku hampir copot, tapi aku tidak mau berpikir yang macam-macam malam ini.

"Berapa menit lagi?!!"
"Apaa???"
"Berapa menit lagi?!!" Ulangku,
"Apanya??"
"Kita sampai!?"
"Sampai? Oohh sampai, mungkin 10 menit lagi, jangan banyak bertanya aku lagi mengemudi!!"

   Setiap 10 meter ada dua mobil yang berpapasan dengan kami, karena banyak yang ingin pulang kampung di hari libur ini, kebanyakan dari pengemudi mobil suka menyorotkan lampu jauh, dan anehnya ketika kami sudah hampir berpapasan dengannya.
   Dannn....50 meter lagi adalah lokasi yang dituju, tapi tunggu...

Kenapa ada mobil inova hitam yang dipinggirkan di dekat pintu itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar