Senin, 06 Februari 2017

Parallel (4) : Approve Me

"Aku tahu itu makanya aku memilih untuk berpura-pura tidur, tunggu saja ketika kita sampai dirumah nenek, dan lihat jamnya, dan jangan kirim aku pesan lagi, aku ngantuk"

   Huft, aku merasa ada teman, setelah beberapa menit kesepian dan kecemasan menyerangku, akhirnya aku merasa ketika aku dan abangku, sama-sama menyadari, aku merasa kalau aku tidak sendiri di situasi ini. Jujur, aku tidak bisa menikmati perjalanan ini, dan sepanjang perjalanan aku beberapa kali berpikir bahkan aku sekali mencubit diriku, meyakinkan diriku bahwa aku tidak sedang bermimpi, dan sisanya aku hanya berharap yang terbaik ketika aku menginjakkan kaki dirumah nenek, semoga.
....
   Hari sudah menjelang pagi, aku tahu itu karena aku bisa melihat jelas merk parfum mobil yang diletakkan di tengah kaca depan,  ibuku, ayah dan pastinya Vivi masih terjaga ketika aku membuka mataku, dan bang Fad melihat-lihat pemandangan dari kacanya, menurut pengalamanku berkunjung kerumah nenek, kami akan tiba kira-kira 10 menit lagi.
Bang Fad tidak memandangiku sedikitpun pagi ini, ada perasaan yang kurang dari 10 persen dari diriku yang mengatakan, bahwa jangan-jangan bang Fad juga tidak nyata, sama seperti tiga orang di dalam mobil ini, entahlah, aku tidak bisa menyimpulkan kenyataan dari apa yang aku lihat.
....
"Ayo, turunkan tas kalian masing-masing, ayah tidak akan mengangkatnya"
   Akhirnya kami sampai dirumah nenek, aku masih ingat sekali terakhir kali aku kesini, dan tidak ada yang berbeda, rumah dua tingkat, dengan warna coklat yang lunturnya tidak terlihat, ciri khas rumah-rumah tahun 60-an, ventelasi-ventelasi kayunya masih lengkap, hanya saja di teras depan sana kursinya bukan kursi goyang seperti terakhir kali aku kesini.
   Kami berjalan menuju pintu depan dengan menenteng tas masing-masing, pintu yang berwarna hijau tua, disana digantung ukiran kayu bertuliskan 'welcome' dan dihiasi bunga-bunga replika. Ayah mengetuk pintu, dan kami hanya menunggu beberapa saat sampai ada seorang perempuan tua, dengan wajah yang bersinar lengkap dengan senyumnya, menyambut kedatangan keluarga yang sudah 3 tahun lamanya.
   Bang Fad menabrak bahu kiriku, dan mendahului ku untuk menyalam nenek, kau pasti tahu apa makna dari tabrakan bahu yang disengaja itu?
.....
   Sampai di dalam, yang mana ketika kau masuk kerumah nenekku yang pertama kau lihat adalah sepaket meja dan kursi makan khas tahun 70an, lalu kau pasti akan melihat ke kanan, ke sebuah TV yang dizaman ini tidak akan kau temui lagi, ini adalah ruangan random, dari makan, nonton TV, dan ngumpul diruangan ini, TV yang kau lihat tadi ada di bagian kanan, sejajar dengan motor BSA yang juga sangat sulit kau temui di zaman ini, dan ruangan kami, ya ruangan kami ada di lantai atas.
   Oh ya, shit, aku hampir lupa melihat jamnya
"Ayo angkat barangmu dulu dan temui aku di belakang" entah bagaimana abangku bisa tahu kalau aku sedang memikirkan masalah itu
   Sambil menaiki tangga kayu itu, perlahan-lahan kulihat jam tua yang berdiri itu, yang semakin lama semakin tak terlihat seiring berjalannya aku ke atas..
...
Memang menunjukkan waktu yang 30 menit lebih cepat dari jam tanganku dan jam hp bang Fad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar