Minggu, 05 Februari 2017

Parallel (1) : Keluarga Kami

   Hari ini kami akan mengunjungi rumah nenek, rumah nenek memakan 5 jam perjalanan melalui mobil dari tempat kami, aku, ayah, ibu, abang dan adikku ikut, kami sekeluarga ikut semua. Jam menunjukkan tepat pukul 2 pagi, sebenarnya aku tidak ingin ikut karena temanku, teman dekat, akan kesini 2 hari lagi, namanya Rian, kami itu teman semenjak TK, dan SMP, lalu kemudian Rian memutuskan untuk mengikuti ayahnya yang pindah ke Jakarta, Ayah dan Ibu Rian bercerai 7 tahun yang lalu, sedangkan ibunya tetap disini, kami sudah tidak pernah tatap muka kurang lebih, ya sekitar 5 tahun, tapi tetap saling mentionan di twitter heheh, makanya itu aku sebenarnya malas sekali untuk ikut, tapi karena satu keluarga ikut semua yaa apa boleh buat, ga mungkin dong aku dirumah sendirian, selama 2 minggu!
   Dan barang-barang pun sudah kami kemas, aku sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara cukup sering menjadi tulang punggung keluarga, dari mencuci, menyapu, bahkan kadang memasak, abangku, Bang Fad, adalah orang yang sangat pemalas, meski demikian, ia orang yang boleh di akui kecerdasannya, Bang Fad merupakan murid terpintar di Kampusnya, iya kampusnya bukan fakultasnya, Bang Fad merupakan orang yang bisa diandalkan jika tidak ada pilihan, aku dan bang Fad beda 4 tahun, sedangkan adikku, Vivi, yang masih menduduki bangku SMP, merupakan cewek yang penurut, dan tidak banyak bicara, tidak pintar, tetapi juga tidak bodoh, biasa-biasa saja, kami berjarak 6 tahun.

"Gugus, kamu angkat barang-barang abangmu cepat ke mobil" kata ayah kepadaku.

Akupun bersedia, sudah memaklumi saja setiap pergi jauh aku selalu mengangkat barang-barang abangku, ya tapi aku juga tidak keberatan kok.

"Fadal, ayo keluar, udah jam berapa ini!?" Bang Fad memang geraknya paling lambat dan hanya itu yang ngeselin dari dia menurut aku, sampai Ayah harus berteriak begitu.

Dan akhirnya naiklah kami semua ke mobil, aku di kursi paling belakang, sedangkan Ibu dan Vivi ditengah, Ayah dan Bang Fad di depan.

"Baca doa dulu masing-masing dalam hati"

Ayah memang selalu menyuruh untuk membaca Doa sebelum pergi jauh. Setelah selesai berdoa, Ayah menghidupkan mobil kami, Innova Hitam kami, dan mulai menginjak gasnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar