Minggu, 04 Februari 2018

DAHULU

Di atas meja warung Rosidi, sebotol tuak yang tinggal setengah, bersama empat gelas kosong sedang mengadakan pembicaraan yang hangat, purnama merekam dengan cahayanya, dimana malam menjadi latar yang baik, untuk sebuah 'tragedi',

Si botol membuka pembicaraan,

"Kita ini selalu disalahkan!" tegasnya,

Gelas-gelas diam, tak menanggapi, hanya menatap dengan arti pada si botol,

"Kenapa harus kita yang disalahkan?" Lanjut botol,

Gelas-gelas masih diam, tak lama sebuah diantara mereka menanggapi,

"Kau lah yang menyediakan, kami juga jadi korban, darimu dituang air dosa itu, lalu dari kami diminum, badan kami penuh dosa!"

Si botol mengayun-ayun badannya ke depan dan belakang, tak jelas kenapa, namun tampaknya ia mulai marah dan gelisah,

"Aku ini sebagai penyedia, mereka sendiri yang memilih untuk minum, lalu kenapa harus aku yang disalahkan?" Nada botol meninggi, lalu diam, memalingkan tubuh kaca, ia melompat-lompat menuju pinggiran meja, dan terjun bebas,

PRAKKKK

Gelas-gelas hanya diam kembali, bau tuak memenuhi udara, purnama diam-diam bergerak ke balik awan.

Aroma tuak itu, di mata para gelas warna nya kuning cerah, merupakan asap yang bergerak meliuk-liuk seperti ular di udara, ia berbisik kepada para gelas,

"Jika tak bisa menahan nafsu, jangan kau salahkan tuak yang menggoda"

Lalu ia terbang ke arah purnama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar