Source : google |
"Kaitan antara mistisme di Timur dengan Sains di Barat dapat dijelaskan dengan ilmu Fisika Kuantum, jika setiap orang menyadari bahwa inti dari semua materi di dunia ini adalah sama, atom, oleh karenanya..."
Dan aku pun pergi ke alam mimpi, buku masih terbuka menutup dadaku.
Pagi
Matahari menyapaku dengan cahaya yang cukup terang, aku terkejut ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul 10 lewat 19 ,aku jarang bangun kesiangan, perutku terus-menerus protes meminta jatahnya, akhirnya tiba saat yang kunantikan, seperti biasa, aku tidak mandi, dan langsung berangkat ke kedai lontong Bude Mijah dengan pakaian yang kukenakan saat itu----aku juga gak cuci muka.
Setibanya disana, perkarangan sudah diisi puluhan motor dan ada 2 mobil jazz dan inova hitam. Ada tempat yang kosong, meja dan kursi panjang, muat untuk 8 orang, seperti biasa aku memesan lontong yang banyak mi dan sedikit lontongnya, kuah campur antara nangka dan kacang. Sambil menunggu, aku menatap ke arah pagar (kebetulan posisi ku pas menghadap ke pagar), serasa ada yang pernah kulakukan disini, begitu kuat, aku pikir ada deja vu, oh iya! langsung aku teringat kejadian dinihari tadi,
"Bukannya ini posisi si pria hantu tadi malam?" Aku memperhatikan meja dan kursi ku, pagar dan sekeliling dengan cepat, muncul lagi rasa penasaranku,
Lontongku datang, dan kuhilangkan dulu pikiran tadi, kini saatnya fokus memuaskan dahagaku akan lontong. Aku makan dengan sangat cepat, karena lapar sudah menggerogoti tubuh dan jiwaku (kalau saja aku tak dapat lontong pagi ini aku bisa gila) beberapa orang melihatku ngeri, karena aku makan begitu kencang, seperti binatang.
Ketika lontong sudah habis, kupilih untuk duduk sejenak, sembari menurunkan makanan, aku pun juga kekenyangan, tak mampu bergerak banyak, aku bukan perokok, jadi aku hanya melihat-lihat ke arah pagar, melihat motor dan mobil melintas, mungkin saja aku terlihat seperti sedang ada masalah. Pikiranku kembali ke hantu tadi, aku berniat menanyakannya kepada pegawai disini nanti jika aku pergi ke kasir, apakah ada yang kenal, mungkin saja dia memang orang yang menginap disini, kan? Meski lebih banyak tak mungkin nya.
10 menit berlalu, aku merogoh saku celana, dan meninggalkan mejaku, berjalan ke arah kasir yang dijaga oleh seorang cewek seumuranku, memakai kerudung hitam dan kemeja hitam juga, rok nya pun hitam dan tidak ketat (tak ada yang bisa dilihat dari pegawai-pegawai disini, katanya tak boleh pakai rok yang ketat), jam casio di tangan kiri, wajahnya bulat, kulitnya putih bersih, matanya agak sipit dan alisnya tipis, ia lumayan, tapi aku tak tertarik.
Aku hampir tiap hari sarapan disini, jadi kasir sudah tau apa yang kumakan dan berapa yang harus kubayar, setelah kasir memberiku uang kembalian, aku sempatkan bertanya dengan sebisa mungkin untuk tidak terdengar mencurigakan, apakah ada disini orang yang menginap, tidak, jawab kasir itu singkat.
"Apa ada pernah seorang pegawai yang usianya kira-kira tigapuluhan, posturnya sedikit tinggi dan badannya ideal, matanya bulat dan alisnya agak tebal disini, kak?" Tanyaku lagi, aku merasa seperti jenius yang bisa menghafal segala detail fisik dari seseorang,
Kakak kasir itu tiba-tiba berubah wajahnya, terkejut, dan menurutku ia panik, matanya terpaku padaku, tapi ia terlihat sedang mengingat-ngingat sesuatu,
"Emang kenapa dia, b-bang?" Tanya kasir itu balik, nadanya cukup jelas kalau ia sedikit takut,
"Aku melihatnya jam-jam 1 pagi, saat aku lewat di depan kedai ini, yaa biasalah habis pulang dari rumah teman" kataku, tak mungkin kubilang aku mengunjungi kedai ini dinihari tadi.
Wajah kasir menjadi dua kali lipat lebih terkejut dari yang tadi, dan ketakutan sangat terlihat di wajahnya, ada seperti ingatan yang mengerikan terpancar dari matanya, tiba-tiba datang seorang pegawai ke arah kami memecah ketegangan, namanya kak Putri (usianya lebih tua 2 tahun dariku, ia manis dan aku suka, jadi aku pernah nanya siapa namanya, biar bisa aku stalking di instagram, sekarang kami udah saling follow), mungkin ia melihat kami mengobrol agak lama,
"Ada apa, bang?" Tanyanya,
"Kata abang ini dia melihat..Sukram" yang menjawab malah kakak kasir itu dengan sangat cepat bahkan aku sendiri belum berpikir akan menjawab apa,
"SUKRAM?!" Kak Putri tak sengaja bersuara keras, lalu ia sadar dan menutup mulutnya sambil melihat ke sekeliling,
"Siapa Sukram?" Aku berusaha untuk tampak tenang, padahal penasaran setengah mampus,
Tiba-tiba terjadi hening sesaat, hening yang canggung, karena di kedai ini dari dulu aku jarang sekali bertanya apalagi berbicara, sekarang tiba-tiba berbicara serius, rasanya canggung saja,
"Sukram itu.." kata kakak kasir setelah menghela nafas yang panjang,
"Dia baru beberapa hari, ini, eh, mungkin 4 hari yang lalu meninggal" lanjut nya dengan ekspresi tenang yang dipaksakan,
Ada pegawai lain yang memanggil kak Putri, dan ia memberi kode kepada kasir bahwa ia mempercayakan cerita itu kepada nya, sedangkan ia memberi kode kepadaku bahwa ia harus kembali bekerja,
"Jadi yang kulihat itu, hantu?"
"Saya tak percaya hantu, bang, tapi memang tak ada orang yang menginap di kedai ini"
"Dia meninggal, maaf sebelumnya, karena apa?"
"Dia bunuh diri"
Jantungku berdetak lebih cepat, tiba-tiba teringat lagi olehku kejadian dinihari tadi ketika ia mengajak ku untuk makan lontong bersama, persis di kursi yang kududuki tadi, kata bunuh diri membungkus ingatan itu menjadi lebih ngeri, apalagi ketika ia berada di depan rumahku, entah bagaimana ia bisa mengejarku.
"Karena apa?" Lanjutku penasaran,
"Hmm" kasir itu tampak ragu, seperti ada yang ia sembunyikan, "ia ada masalah, tak taulah apa"
Aku tak bertanya lagi, meski masih penasaran, aku lebih memilih untuk menjaga etika, barangkali itu masalah personal atau masalah privasi toko ini, aku pun berangkat meninggalkan kedai,
"Bang!" Kakak kasir memanggilku saat aku baru tiga langkah menjauh,
"Sukram itu..." ia berhenti sejenak, seolah mengumpulkan keyakinan agar percaya padaku, "ia kesepian, tak tau kenapa, setiap bersama kami dia selalu menyalahkan kami tak bisa membuatnya senang"
Aku balik lagi, mendekat ke kasir,
"Dan dia bekerja baru beberapa minggu disini, mungkin 2 atau 3 minggu, dia selalu menyalahkan kami, hingga kami tak tahan lagi, jadi setiap ia mengajak ngobrol kami selalu mengabaikannya, dan hari itu, tepat setelah selesai kerja, jam 8 malam, kami mendengar suara teriakan sekali dari arah dapur, Sukram menusuk dirinya tepat di leher, dan ketika kami lari ke arahnya ia sudah menggelepar-gelepar, duh ngeri" ia menutup mata kuat-kuat dan menggeleng sekali,
"Lantai bersimbah darah dan kami berteriak histeris, berlarian kesana-kemari" ia berhenti, aku tau ia tak kuat lagi cerita,
"Ohh begitu, terima kasih kak"
Penasaranku sudah terjawab, tapi aku pun jadi bingung harus menjawab apa, rasa takutku berubah menjadi iba kepada Sukram, aku merasa ada yang harus kulakukan padanya, seperti panggilan hati, dan sifatnya ingin menolong,
"Oke kak, makasih udah mau cerita" aku meninggalkan warung tanpa peduli apa respon kakak kasir itu.
Sampai dirumah, aku hanya duduk-duduk di kursi teras, hari ini Sabtu, aku tidak ada jadwal kuliah, jam-jam kosong terbentang di depanku hari ini, tanpa aku tahu apa yang harus kulakukan untuk mengisinya.
Aku hanya menunggu datang dinihari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar