Kami akhirnya memberhentikan motor kami tepat di belakang inova itu, yang tak lain adalah ayah, aku melirik sebentar ke arah hutan tempat pintu berada,
"Ayah?" Bang Fad memanggil ayah lewat jendela samping supir yang dibuka.
"Apa yang kalian inginkan disini?" Jawab ayah dengan tenang dan turun dari mobil
"Bagaimana ayah tau kalau..."
"Fad, Fadal anakku, kita bukan baru bertemu kan? Jangan berpikir kalau kita baru kenal kemarin sore"
Bang Fad hanya diam menatap ayah dengan memasang wajah bingung,
"Ayah tau pasti bagaimana kelakuanmu"
"Jadi ayah sengaja mengatakan pergi kerumah teman karena..."
Ayah tersenyum, dan berjalan mendekati bang Fad, sedangkan aku berada di belakang bang Fad hanya berdiri seperti yang selalu aku lakukan,
"Kemari nak, ada apa disana? Apa ada masalah disana? Apa perlu ayah membantu? Sampai kau berkeinginan kuat untuk kesini?"
Bang Fad menoleh ke arahku sebentar,
"Izinkan Fadal masuk kedalam sana bersama Gugus"
"Baiklah, kalian akan kembali kan?"
Bang Fad menoleh lagi ke arahku, dan tersenyum, aku tau senyum itu adalah senyum kesedihan,
"Kami tidak tahu yah" bang Fad mengangkat bahunya kemudian menunduk
"Hahaha, kalian sudah dewasa, dan bukan anak-anak lagi"
Sekali lagi kami berdua hanya diam,
"Sini, peluklah ayah jika ini adalah waktu terakhir kita, sini" ayah memanggilku
Dan kami berdua memeluk ayah dengan erat, jujur aku tak kuat menahan emosi ku, hingga meluapkan air mata, setelah melepaskan pelukan, aku memandangi setiap detail dari ayah, dan berulang-ulang, tentu aku akan bertemu lagi dengan ayah, tapi bukan ayah yang ada di depan aku saat ini, ayah yang NYATA
"Masuklah kesana nak, ayah akan menunggu saja dari sini, ayah akan menunggu sampai kalian keluar, berapa pun lamanya" ayah senyum lalu kembali murung, dan kembali ke mobil dalam keadaan tertunduk
Kami berdua kemudian memasuki hutan itu, dan benar, pintu itu masih disana, pintu itu ada dan tidak pernah dikunci, setelah sampai di dalam seperti sebelumnya, hanya ada tanah kosong dan perasaan aneh, dan kami juga menoleh ke belakang, dan sesuai dugaan, pintu itu sudah menghilang, untungnya masih ada pintu di depan, ketidaknyataan sudah hilang di depan mata, sebagai gantinya kenyataan lama akan kami hadapi, sudah sesuai dengan pilihan kami.
Ketika bang Fad membuka pintu itu, dan kami berjalan ke depan, memang gelap sekali tapi kami tau kami hanya perlu jalan lurus ke depan sana, dan tak lama kemudian aku mendengar suara inova kami, kamipun berlari kesana dan berdiri di pintu samping supir,
"Jangan bilang kalian cuma masuk kesana dan tidak melakukan apapun, karena kalian datang lebih cepat dari laki-laki yang buang air kecil!" kata ayah setelah membukakan kaca,
"Jadi apa sebenarnya yang kalian lakukan?" Ayah berbicara dari bangkunya, mendongakkan tubuhnya mendekat ke arah kami,
Aku dan bang Fad hanya menoleh satu sama lain, dan tersenyum aneh,
"Tidak ada yah" jawab bang Fad sambil tersenyum hingga menampakkan giginya
"Oke...." ayah menghidupkan mobil,
"Jadi apakah kau jadi tidur di rumah temanmu malam ini?" Tanya ayah sebelum menutup kaca,
"Jawabannya adalah apakah ayah jadi pergi ke rumah teman ayah" jawab bang Fad,
Sontak kami bertiga diam, dan tiba-tiba ayah tertawa dan kamipun ikut tertawa,
"Ayah bisa kesana besok malam!"
"Fadal juga!"
Ayah membunyikan klaksonnya dan pergi meninggalkan kami, setelah itu selama perjalanan pulang, bang Fad tidak ada mengucapkan sepatah katapun denganku, aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini, tapi yang pasti aku belajar suatu hal dari kejadian ini ;
"Jangan menyalahkan kenyataan yang tampak salah, karena kau akan berterima kasih padanya jika kau berhasil melewatinya"
Terima kasih kuucapkan pada semuanya, ayah, terutama polisi-polisi, nenek, Vivi, Ibu, kakek, saudara-saudara lainnya, dan tidak untuk bang Fad..
Karena hanya dia yang NYATA,
Hahaha.