Sementara, ketika bulan baru menjalankan tugasnya untuk mendampingi bintang-bintang di malam hari, cahaya sanggup menembus, menerangi, dan memperindah suatu dunia jauh dibawah sana, meskipun ia terlihat lebih kecil, ia tetap dapat menjangkau dunia itu dengan cahaya yang dipinjam nya oleh sang mentari.
"Gimana? Kau memang harus belajar untuk bisa beradaptasi disini, kita tidak akan menuju rumah kali ini" kata seorang kakek yang sedang berjalan dimalam itu bersama seorang pemuda yang baru baru dikenalnya, lalu pemuda itu berkata "lalu kita kemana orang tua?", sambil tersenyum orang tua itu menjawab "akan kubawa kau ke pasar disini", "loh? Emang ada pasar buka malam-malam gini?" Tanya pemuda itu dengan wajah yang heran, "sudah ikut saja, tapi ingat, kau tidak boleh ngomong sembarangan" jawab si kakek dengan memperlambat intonasi bicaranya, "apa maksudmu?" Tanya pemuda itu, "kau tidak boleh mengatakan turunin harganya, kau tidak boleh berkata beli 3 gratis 1, terlebih kau sangat dilarang untuk berkata gratis" kata si kakek, lalu si kakek tertawa setelah mengatakannya, sang pemuda bernama Aaron itu hanya cuek sambil memandang ke depan dengan wajah kesal, "hei hei, kau ini gampang emosian ya?" Kata si kakek sambil memegang kepala Aaron, lalu mereka pun berjalan terus ke arah timur.
Terdengar suara ramai seperti orang berbicara, seperti suara pasar, "Nah sebentar lagi kita sampai, itu sudah terdengar suara-suara ramai" kata si kakek sambil menunjuk ke arah atas seperti menyuruh untuk memusatkan perhatian, "suara manusia itu kek?" Tanya Aaron, si kakek hanya diam, mereka pun meneruskan perjalanan mendekati sumber suara keramaian itu, selang beberapa saat, tibalah mereka di pasar yang isinya didominasi manusia, "kita akan menginap disini malam ini" kata si kakek sambil memegang pundak Aaron, "kenapa disini ada banyak sekali manusia" kata Aaron sambil menoleh ke arah sang kakek, sang kakek lalu menjawab "mereka menjual berbagai hasil buruan mereka dan disini juga dijual beragam bagian tubuh dari makhluk-makhluk cryptid, kita bisa membelinya, ayok pilih saja yang mana kau mau", "terus disini bayarnya pakai apa?" Tanya Aaron sambil mengikuti si kakek yang berjalan dengan cepat didepannya.
"Aku mau kalung dari gigi ropen, ada?" Tanya kakek ke salah satu penjual, "kau bisa ke penjual yang disana, gigi ropen tidak sembarang menjualnya, butuh pengorbanan nyawa untuk berhadapan dengan ropen" jawab si penjual yang menunjuk ke arah penjual yang berada 3 blok disampingnya, lalu si kakek berjalan ke arah penjual itu, sedangkan Aaron hanya mengikut saja, "haloo kakek, apa yang kau cari?" Tanya penjual itu, "aku mau ini" jawab si kakek sambil menunjuk sebuah gigi yang besarnya dua kali lipat telapak tangan manusia, berbentuk segitiga sama sisi yang sangat runcing, "Ahh, itu barang langka, apa kau benar-benar berniat membelinya?" Tanya penjual itu sambil mengusap-ngusap kepalanya, "aku bisa membuat ini sebagai malam terakhirmu dan aku yang menggantikan tugasmu besok disini sambil menjual bagian-bagian tubuhmu" kata si kakek sambil menatap tajam ke arah penjual itu, penjual itu pun menatap tajam ke arah si kakek "kelompok kami harus mengorbankan nyawa untuk mendapatkan satu buah gigi ropen, kami menjualnya dengan 20 gigi mngwa" kata penjual itu, "oke baik lah" kata sang kakek sambil mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang biasa dibawanya itu, lalu menaruh banyak sekali gigi mngwa didepan penjual itu, Aaron yang melihat itu kaget tetapi hanya memelototkan matanya, "kau pemburu yang hebat" kata si penjual sambil mengambil gigi-gigi itu, si kakek pun mengambil gigi ropen itu sambil berlalu meninggalkan penjual itu, Aaron masih diam saja sambil terus mengikutinya, belum ada terdengar suara dari Aaron, dia hanya bingung untuk apa sebenarnya gigi ropen itu, mengapa sang kakek rela membayar mahal untuk itu.
Kamis, 03 Desember 2015
Dunia Dalam Jurang 11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar