Sabtu, 05 Desember 2015

Dunia Dalam Jurang 19



Suara itu terdengar makin keras, sementara mereka bertiga terus berlari ke arah selatan, yang berarti ke arah pulang, sang kakek posisinya berada di depan, sedangkan Haari yang sedang menggendong Aaron berada dibelakang, itu tidak masalah bagi Haari, tinggi badannya hampir 2 meter, dengan berat 100kg, merupakan bobot yang sempurna bagi seseorang yang mengandalkan kekuatan fisik, Aaron yang penasaran dengan suara tersebut, menoleh ke belakang, apa yang ternyata dilihatnya benar-benar membuat detak jantungnya semakin cepat, ada puluhan entelodon yang besar kini sedang berlari ke arah mereka, jaraknya ada sekitar 300 meter, namun bunyi yang dihasilkan dari hentakan kaki mereka yang berlari seolah-olah seperti bunyi malaikat pencabut nyawa, oleh karena itu lah Haari dan sang kakek langsung menyimpan senapannya kembali ke ransel yang mereka sandang, tidak mungkin lagi untuk bertarung, hanya Aaron yang masih memegang senapan, Aaron terus memandangi sekumpulan ‘monster’ yang berlari ke arah mereka tersebut.
“Apapun yang terjadi, jangan menembak” kata sang kakek dengan nafas yang tersengal-sengal karena sedang berlari.
“Oke” jawab Aaron singkat, sambil tetap melihat sekumpulan entelodon itu.
Mereka berdua terus berlari untuk menghindari amukan massal kawanan entelodon yang sedang mengejar mereka itu, suhu yang sudah mencapai batas paling panas pun tidak mereka rasakan lagi, sudah 10 menit mereka berlari, dan mereka sudah melihat kemilau yang dibiaskan air danau yang mereka singgahi sebelumnya, namun, danau inipun sebenarnya tidak terlalu aman, karena dari danau ini juga banyak terjadi tragedi penyerangan oleh ‘monster’, benar saja, ketika mereka berlari lebih dekat lagi,dari balik pohon-pohon di sekeliling danau itu, keluarlah kucing-kucing yang panjangnya sekitar 3 meter, yang tampaknya terganggu dengan bunyi berisik yang disebabkan oleh hentakan kaki para entelodon itu, kucing-kucing itu memiliki dua buah taring yang sangat panjang.
Haari dan sang kakek yang sedang berlari tentu langsung berhenti melihat kucing-kucing yang jumlahnya tak kalah dari para entelodon itu, sementara bunyi hentakan kaki kawanan entelodon itu terdengar semakin keras.
“Aku tidak menyangka ini akan terjadi sebelumnya” kata Haari yang terperangah melihat sekelompok kucing yang baru saja keluar dari balik pohon-pohon itu, yang kini sedang menatap ke arahnya dan sang kakek, lalu ia pun menurunkan Aaron yang sedang digendongnya.
Sang kakek hanya menatap Haari dengan wajah yang datar, lalu mengangguk, Haari masih bingung dengan anggukan sang kakek itu, suara hentakan kaki itu terdengar semakin keras sehingga ketika mereka bertiga menoleh kebelakang, dalam jarak 20 meter lagi para entelodon itu akan tiba tepat dibelakang mereka bertiga,wajah mereka bertiga sudah seperti orang yang putus asa, dalam kondisi ini, 10 orang pemburu yang handal pun mungkin akan tetap mati jika berani bertempur melawan makhluk-makhluk ini.
“ROARRR!!!” tiba-tiba suara para kucing itu menggema di sekeliling danau itu sampai air danau pun bergetar karenanya.
Para kucing itupun berlari secara bersamaan ke arah mereka bertiga, tidak ada harapan lagi, mereka hanya saling menatap satu sama lain, sambil memejamkan mata mereka. Teriakan dari para kawanan entelodon itu juga menggema ke sekeliling danau itu,mereka bertiga membuka mata sebentar, mereka bertiga melihat kucing-kucing itu sudah berada dalam posisi sekitar 5 meter di depan mereka, lalu memejamkannya lagi, mereka sudah pasrah dengan apa yang terjadi, suara-suara dari kucing itu hanya terdengar melintas saja di sebelah mereka, tidak sedikitpun mereka menyentuh Haari, Aaron dan sang kakek, mereka bertiga pun membuka mata dan melihat di depannya hanya ada danau yang masih memancarkan biasan pelangi di permukaannya, mereka pun menoleh kebelakang, dan melihat para kucing-kucing bertaring panjang itu ternyata bertengkar dengan para entelodon yang tadi mengejar mereka.
“Ayo lari, lari!” teriak sang kakek sambil berlari ke arah selatan danau itu.
Mereka bertiga tidak lebih lama memerhatikan pertempuran yang terjadi di antara dua kawanan makhluk besar itu. Yang ada dalam pikiran mereka saat ini hanyalah mencari tempat yang aman, yaitu rumah. Selang beberapa menit berlari, mereka bertemu dengan 5 orang yang selisih jalan dengan mereka, langsung saja mereka berhenti dan menoleh kebelakang melihat 5 orang yang sedang berjalan ke arah danau itu.
“Hey, mau kemana kalian?” tanya sang kakek sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
Lima orang yang melintas tadi melihat ke belakang ke arah mereka.
“Kami mau berburu di danau” jawab salah satu dari lima orang itu yang bertubuh paling kecil dan tidak memakai baju.
“Jangan kesana, sedang ada pertempuran antara kucing taring panjang dan entelodon” jawab sang kakek sambil menunjuk ke danau itu.
Lima orang pemburu itupun berjalan ke arah mereka bertiga.
“Bagaimana bisa terjadi hal itu? Sedangkan entelodon berada jauh di atas gunung sana, jangankan kesini, turun ke kaki gunung saja mereka jarang” kata salah seorang dari lima pemburu itu yang memakai ikat kepala berwarna hitam.
“Kami juga tadi ingin memburu entelodon di gunung Edon, namun dalam jarak sekitar 200 meter dari kaki gunung Edon, kami menemukan kawanan Entelodon yang sedang memakan seekor rusa betina dan anaknya” jawab sang kakek sambil menunjuk ke arah bajunya yang bersimbah darah.
“Mengapa mereka bisa ada di jarak yang cukup jauh dari kaki gunung?” tanya seorang yang berbadan paling kecil tadi sambil menunjuk menggunakan telapak tangannya ke arah sang kakek.
“Kami tidak tahu, yang jelas kami sudah memperingatkan” jawab sang kakek yang lalu membalikkan badannya dan mengajak kedua temannya beranjak meninggalkan tempat itu.
Lima orang pemburu itu hanya termenung menatap mereka bertiga berjalan menjauhi mereka berlima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar