Suara
itu terdengar makin keras, sementara mereka bertiga terus berlari ke arah
selatan, yang berarti ke arah pulang, sang kakek posisinya berada di depan,
sedangkan Haari yang sedang menggendong Aaron berada dibelakang, itu tidak
masalah bagi Haari, tinggi badannya hampir 2 meter, dengan berat 100kg,
merupakan bobot yang sempurna bagi seseorang yang mengandalkan kekuatan fisik,
Aaron yang penasaran dengan suara tersebut, menoleh ke belakang, apa yang ternyata
dilihatnya benar-benar membuat detak jantungnya semakin cepat, ada puluhan
entelodon yang besar kini sedang berlari ke arah mereka, jaraknya ada sekitar
300 meter, namun bunyi yang dihasilkan dari hentakan kaki mereka yang berlari
seolah-olah seperti bunyi malaikat pencabut nyawa, oleh karena itu lah Haari
dan sang kakek langsung menyimpan senapannya kembali ke ransel yang mereka
sandang, tidak mungkin lagi untuk bertarung, hanya Aaron yang masih memegang
senapan, Aaron terus memandangi sekumpulan ‘monster’ yang berlari ke arah
mereka tersebut.
“Apapun
yang terjadi, jangan menembak” kata sang kakek dengan nafas yang
tersengal-sengal karena sedang berlari.
“Oke”
jawab Aaron singkat, sambil tetap melihat sekumpulan entelodon itu.
Mereka
berdua terus berlari untuk menghindari amukan massal kawanan entelodon yang
sedang mengejar mereka itu, suhu yang sudah mencapai batas paling panas pun
tidak mereka rasakan lagi, sudah 10 menit mereka berlari, dan mereka sudah
melihat kemilau yang dibiaskan air danau yang mereka singgahi sebelumnya,
namun, danau inipun sebenarnya tidak terlalu aman, karena dari danau ini juga
banyak terjadi tragedi penyerangan oleh ‘monster’, benar saja, ketika mereka
berlari lebih dekat lagi,dari balik pohon-pohon di sekeliling danau itu,
keluarlah kucing-kucing yang panjangnya sekitar 3 meter, yang tampaknya
terganggu dengan bunyi berisik yang disebabkan oleh hentakan kaki para
entelodon itu, kucing-kucing itu memiliki dua buah taring yang sangat panjang.
Haari
dan sang kakek yang sedang berlari tentu langsung berhenti melihat kucing-kucing
yang jumlahnya tak kalah dari para entelodon itu, sementara bunyi hentakan kaki
kawanan entelodon itu terdengar semakin keras.
“Aku
tidak menyangka ini akan terjadi sebelumnya” kata Haari yang terperangah
melihat sekelompok kucing yang baru saja keluar dari balik pohon-pohon itu,
yang kini sedang menatap ke arahnya dan sang kakek, lalu ia pun menurunkan
Aaron yang sedang digendongnya.
Sang
kakek hanya menatap Haari dengan wajah yang datar, lalu mengangguk, Haari masih
bingung dengan anggukan sang kakek itu, suara hentakan kaki itu terdengar
semakin keras sehingga ketika mereka bertiga menoleh kebelakang, dalam jarak 20
meter lagi para entelodon itu akan tiba tepat dibelakang mereka bertiga,wajah
mereka bertiga sudah seperti orang yang putus asa, dalam kondisi ini, 10 orang
pemburu yang handal pun mungkin akan tetap mati jika berani bertempur melawan makhluk-makhluk
ini.
“ROARRR!!!”
tiba-tiba suara para kucing itu menggema di sekeliling danau itu sampai air
danau pun bergetar karenanya.
Para
kucing itupun berlari secara bersamaan ke arah mereka bertiga, tidak ada
harapan lagi, mereka hanya saling menatap satu sama lain, sambil memejamkan
mata mereka. Teriakan dari para kawanan entelodon itu juga menggema ke
sekeliling danau itu,mereka bertiga membuka mata sebentar, mereka bertiga
melihat kucing-kucing itu sudah berada dalam posisi sekitar 5 meter di depan
mereka, lalu memejamkannya lagi, mereka sudah pasrah dengan apa yang terjadi,
suara-suara dari kucing itu hanya terdengar melintas saja di sebelah mereka,
tidak sedikitpun mereka menyentuh Haari, Aaron dan sang kakek, mereka bertiga
pun membuka mata dan melihat di depannya hanya ada danau yang masih memancarkan
biasan pelangi di permukaannya, mereka pun menoleh kebelakang, dan melihat para
kucing-kucing bertaring panjang itu ternyata bertengkar dengan para entelodon
yang tadi mengejar mereka.
“Ayo
lari, lari!” teriak sang kakek sambil berlari ke arah selatan danau itu.
Mereka
bertiga tidak lebih lama memerhatikan pertempuran yang terjadi di antara dua
kawanan makhluk besar itu. Yang ada dalam pikiran mereka saat ini hanyalah
mencari tempat yang aman, yaitu rumah. Selang beberapa menit berlari, mereka
bertemu dengan 5 orang yang selisih jalan dengan mereka, langsung saja mereka
berhenti dan menoleh kebelakang melihat 5 orang yang sedang berjalan ke arah
danau itu.
“Hey,
mau kemana kalian?” tanya sang kakek sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
Lima
orang yang melintas tadi melihat ke belakang ke arah mereka.
“Kami
mau berburu di danau” jawab salah satu dari lima orang itu yang bertubuh paling
kecil dan tidak memakai baju.
“Jangan
kesana, sedang ada pertempuran antara kucing taring panjang dan entelodon”
jawab sang kakek sambil menunjuk ke danau itu.
Lima
orang pemburu itupun berjalan ke arah mereka bertiga.
“Bagaimana
bisa terjadi hal itu? Sedangkan entelodon berada jauh di atas gunung sana,
jangankan kesini, turun ke kaki gunung saja mereka jarang” kata salah seorang
dari lima pemburu itu yang memakai ikat kepala berwarna hitam.
“Kami
juga tadi ingin memburu entelodon di gunung Edon, namun dalam jarak sekitar 200
meter dari kaki gunung Edon, kami menemukan kawanan Entelodon yang sedang
memakan seekor rusa betina dan anaknya” jawab sang kakek sambil menunjuk ke
arah bajunya yang bersimbah darah.
“Mengapa
mereka bisa ada di jarak yang cukup jauh dari kaki gunung?” tanya seorang yang
berbadan paling kecil tadi sambil menunjuk menggunakan telapak tangannya ke
arah sang kakek.
“Kami
tidak tahu, yang jelas kami sudah memperingatkan” jawab sang kakek yang lalu
membalikkan badannya dan mengajak kedua temannya beranjak meninggalkan tempat
itu.
Lima orang pemburu itu
hanya termenung menatap mereka bertiga berjalan menjauhi mereka berlima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar