sumber : http://vignette4.wikia.nocookie.net/destinationtruth/images/c/cb/Ropen.JPG/revision/latest?cb=20110511061038 |
Setelah menunggu selama beberapa menit,
terdengarlah suara gemuruh angin yang datangnya dari barat, seluruh orang yang
berada di pasar itu melihat ke atas, perlahan-lahan terlihat sudut kota
tertutup bayangan yang cukup besar, kemudian lama-lama membesar hingga akhirnya
tampaklah kepala ropen namun badannya masih belum terlihat, seluruh pemburu di
pasar itu masih menahan tembakannya, karena mungkin saja ropen tersebut
benar-benar hanya melintas saja, ketika sudah hampir setengah tubuh ropen
tersebut keliatan, ropen itu tidak bergerak, kepalanya mengarah ke bawah ke
arah pasar itu, para pemburu sudah tau apa yang akan terjadi, begitu juga sang
kakek dan Haari yang sudah siap dengan senapannya, lalu ropen itu bergerak ke
arah bawah sehingga tubuhnya semakin dekat dengan tanah, sang kakek melihat ke
arah Haari, Haaripun melihat balik ke arahnya lalu mengangguk, sedangkan Aaron
tetap berfokus ke ropen itu.
“Semuanya tembak!!!” teriak sang kakek
sambil melepaskan tembakan pertama ke arah ropen yang memecah suasana tegang di
pasar itu.
Suara tembakan pun meramaikan suasana pasar
itu seperti kembang api di tahun baru, ropen itu berteriak lalu bergerak cepat
ke bawah dan mengenai blok-blok pasar yang terbuat dari kayu itu, lalu kios-kios
di blok itu hancur sehingga kayunya terhempas ke berbagai penjuru pasar, tidak
terelakkan lagi, beberapa orang pun terkena kayu yang terhempas itu dan hanya
bisa menjerit, sedangkan pemburu bisa menghindarinya sambil tetap menembak ke
arah ropen yang kini telah berdiri tepat di tengah-tengah pasar itu,
orang-orang selain pemburu berlari mencari tempat sembunyi, sedangkan para pemburu
tetap menembak, ropen itu tidak keliatan goyah, lalu mengibaskan ekornya ke
panjang dan membalikkan tubuhnya sehingga kini posisi kepalanya tepat berada
didepan Aaron yang berdiri bersama para pemburu lainnya, mungkin karena
tembakan mereka lah yang paling banyak dan tepat sasaran.
“Tetap menembak!” teriak sang kakek yang
kemudian berlari ke arah ropen itu.
Aaron yang melihat aksi sang kakek berhenti
sebentar, lalu kembali menembak lagi, begitu juga dengan Haari yang tidak
memperdulikan sang kakek yang berlari ke arah ropen tersebut, ia tetap
menembak, orang-orang yang bukan pemburu terus berteriak-teriak, sehingga ropen
itu pun memutar badannya ke arah para orang-orang itu, ketika ropen tersebut
sudah terlihat ingin menyerang para orang-orang yang berteriak itu, sang kakek
yang berlari tadi mengambil goloknya di ransel lalu sambil melompat ke kepala
ropen tersebut ia menusukkan goloknya ke mata kiri ropen tersebut, goloknya pun
menancap di mata ropen tersebut, sedangkan tubuhnya masih menggantung melayang
di atas tanah karena masih belum melepaskan pegangannya dari golok itu, ropen
itu lalu menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan dengan cepat berkali-kali
sehingga sang kakek terhempas ke arah kanan di tempat orang-orang selain
pemburu itu, Aaron pun menyusul sang kakek sedangkan Haari tetap menembak ropen
itu.
“Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa” kata sang
kakek yang terkapar ketika melihat Aaron datang menghampirinya, lalu Aaron
membantunya berdiri perlahan-lahan dengan melingkarkan tangan sang kakek di
lehernya.
Ropen itu masih berteriak-teriak dan
bergerak tidak menentu ke segala arah sehingga menghancurkan banyak kios-kios
di pasar itu, salah satu pemburupun tidak bisa menghindar dan terkena hempasan
kayu kios yang hancur itu, dua pemburu lain langsung menghentikan tembakannya
melihat pemburu yang terkena hempasan itu langsung terkapar di tanah dan
berlari ke arahnya, sedangkan Haari masih tetap menembak ropen itu, kulit ropen
sangat tebal sehingga harus ditembak beberapa kali sampai akhirnya peluru panas
bisa menembus kulit itu, sambil terus menembak, Haari berjalan mendekati ropen
yang membelakanginya itu, sedangkan pemburu lain tetap pada posisinya dan terus
menembak, ketika Haari sudah sangat dekat dengan ekor ropen yang panjangnya
bisa sampai dua meter tersebut, tembakan Haari sepertinya berhasil menembus
kulit sang monster, karena ropen itu memiringkan badannya ke kiri lalu jatuh ketanah,
suara tubuhnya menggema seisi pasar itu.
“Yeah!!!” teriak Haari sambil mengangkat
satu tangannya yang terkepal ke arah langit, yang lalu diikuti oleh seluruh
orang di pasar juga ikut berteriak.
Suara orang-orang yang secara bersamaan
berteriak di pasar itu lebih keras dan lebih menggema dari pada suara teriakan
seekor ropen, sehingga gemanya sampai ke hutan-hutan di sekeliling pasar itu
yang pastinya membuat para penghuni hutan mengurungkan niatnya untuk menyerang.
“Kau lihat itu? Kau juga merupakan bagian
dari kemenangan ini” kata sang kakek yang melihat ke arah Aaron, lalu
memeluknya.
Semua orang di pasar itu saling tos dan
mengangkat senapannya masing-masing ke atas, Haaripun melihat ke belakang ke
arah para pemburu yang lain, lalu ia tersenyum lebar kemudian ikut mengangkat
senapannya ke atas, para pemburu itu pun lalu teriak lebih keras lagi, malam
seperti itu jarang terjadi, jarang sekali, karena ropen tidak biasanya melintas
di daerah itu, kecuali kadang hanya smilodon atau mngwa kucing yang menyerang
pasar itu, namun itu tidak akan membuat kehebohan seperti ketika ropen yang
melakukannya.
Haari
berlari ke arah Aaron dan sang kakek, kemudian memeluk mereka berdua, Aaron
hanya tersenyum ketika mengingat apa yang barusan kakek itu katakan, ada suatu
perasaan bangga, terharu, senang sekaligus heran yang bercampur di hatinya.
Malam itu persis sekali seperti malam tahun baru, suara tembakan memecah langit
dunia dalam jurang serta teriakan kemenangan itu seperti suara kembang api yang
meletus-letus di langit ketika tahun baru tiba.
Setelah pertempuran itu, orang-orang yang
berada di pasar itu pun mulai membersihkan pasar itu, para pemburu termasuk
Haari sibuk dengan bangkai ropen yang terkapar telungkup di atas tanah pasar
itu, ada yang memotong-motong giginya, ada yang mengambil darahnya, ada pula
yang memotong ekornya, sedangkan Aaron dan sang kakek hanya duduk di salah satu
bangku yang masih itu di pasar itu sambil melihat orang-orang itu sibuk dengan
aktifitasnya.
“Jarang-jarang hal ini terjadi, nak” kata
sang kakek yang duduk disamping Aaron.
“Aku juga tidak tahu harus mengatakan apa,
aku juga tidak tahu harus merasa beruntung ataupun sial masuk ke dalam dunia
ini, aku hanya, aku tidak bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini” jawab
Aaron yang menatap ke depan sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan
kepalanya.
Sang kakek lalu memegang pundak anak muda
itu lalu tersenyum, “semua hal yang telah terjadi selalu ada maksud dibaliknya,
tugas kita bukan untuk merasa baik atau buruk terhadapnya, melainkan belajar
darinya” kata sang kakek.
Aaron tidak menanggapi tetapi tersenyum
sambil melihat orang-orang di pasar itu sibuk membersihkan kios-kios yang
hancur, mencari-cari sesuatu dan tidak sedikit yang bercakap-cakap.
Malam itu menjadi malam dimana darah pemburu
mulai mengalir dalam diri Aaron, malam dimana sesuatu yang hebat dimulai, dan
menjadi malam dimana dunia dalam jurang akan diwarnai dengan warna yang
mencolok oleh seorang pemuda yang secara tidak sengaja jatuh ke dalam dunia itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar