sumber : http://vignette3.wikia.nocookie.net/monsterhunter/images/0/0e/2ndGen-Bulldrome_Render_001.png/revision/latest?cb=20150303035543 |
Tanpa
pikir panjang, Aaron pun melepaskan tembakannya ke entelodon yang berlari ke
arahnya sambil mengambil langkah mundur kecil-kecil namun cepat, seakan untuk
tetap menjaga jaraknya dengan entelodon itu sehingga tidak terjadi pertempuran
jarak dekat, sang entelodon yang menerima peluru panas di kepalanya tidak
berhenti berlari, Aaron semakin mempercepat langkah mundurnya sambil terus
melepaskan tembakan berkali-kali. Sementara Haari dan sang kakek berjuang
dengan semakin keras, Haari yang hendak mengambil senapannya terus di
halang-halangi oleh entelodon yang menyeruduknya, sedangkan sang kakek yang
terjatuh tadi langsung mengayunkan goloknya ke mulut entelodon yang sudah
terbuka lebar di depan kepala sang kakek, tebasan goloknya mengenai sebelah
kanan kepala entelodon itu, dan entelodon itu pun terhempas ke samping kiri
sang kakek, sang kakekpun langsung
mengambil posisi berdiri lagi, setelah selesai berdiri sang kakek langsung
berlari ke arah entelodon tadi lalu lompat di atasnya, dan menusukkan goloknya
dari atas mengarah ke bagian atas kepala entelodon itu,aksinya terlihat heroik
karena gerakannya itu seharusnya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang muda, kepala
entelodon itu pun mengeluarkan bunyi seperti retakan seolah-olah golok tersebut
mematahkan tulang tengkorak entelodon itu, entelodon itupun meronta-ronta
sehingga sang kakek akhirnya terhempas sekali lagi ke tanah, sedangkan goloknya
masih menancap di kepala entelodon itu, entelodon itu belum tumbang,kepalanya
bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan seolah-olah ingin melepaskan golok yang
menancap di kepalanya, darahnya yang pun membuat rumput dibawahnya menjadi
merah, sang kakek yang jatuh ke tanah tadi spontan berguling ke belakang dan
mengambil senapannya lalu membidik ke arah entelodon itu dengan posisi jongkok,
sebelum sempat menembakkan senapannya, dari arah kiri nya ada seekor entelodon
yang kelihatan terbang cepat menabrak entelodon yang berhadapan dengan sang
kakek tadi.
“Kadang
manusia bisa lebih kuat dari monster, ya kan kek?” kata Haari yang berjalan ke
arah kakek dengan menenteng senapan di bahunya.
“Bagaimana
kau melakukannya?” Tanya sang kakek yang kemudian berdiri dan tidak lagi dalam
posisi membidik.
“Aku
hanya memegang menahan mulutnya ketika terbuka lebar untuk menggigitku agar
tidak tertutup, lalu melemparkannya ke arahmu” katanya sambil mengambil posisi
membidik ke arah Aaron.
Aaron
dari tadi hanya menembak membabi-buta sambil bergerak mundur sehingga tidak
tampak lagi karena jaraknya sudah jauh, namun suara tembakannya masih terdengar
walaupun kecil, karena belum pernah menembak dengan senapan sebelumnya, jadi
tembakannya jarang-jarang mengenai tepat ke entelodon itu, Haari dan sang kakek
tidak mengambil langkah apa-apa, mereka hanya melihat kearah suara itu berasal,
setelah kurang lebih sekitar 10 tembakan, tidak ada terdengar lagi suara
apapun, Haari dan sang kakekpun saling menatap satu sama lain dengan wajah
cemas, lalu kembali meliat ke arah dimana suara tembakan tadi terakhir
terdengar, setelah beberapa lama menunggu, sang kakek tampak tersenyum sedikit.
“Hey
Bocah! Apakah kau sudah mati?” teriak sang kakek sambil telapak tangannya
membuka disamping mulutnya.
Tidak
ada terdengar suara ataupun bunyi apapun, sang kakek lalu menatap ke arah
Haari, yang juga menatap ke arahnya, wajah mereka tampak lebih cemas daripada
yang pertama tadi, seperti beranggapan bahwa Aaron benar-benar sudah mati,
mereka pun langsung berlari ke arah yang tadi terdengar suara-suara tembakan.
“Iyaaa!Benar
sekali! Aku sudah mati!” tiba-tiba suara teriakan menghentikan mereka yang baru
saja berlari, yang tidak lain suara itu adalah suara Aaron.
Dari
kejauhan barulah perlahan-lahan terlihat sosok Aaron yang sedang berlari ke
arah mereka, mereka berdua pun sekali lagi saling menatap, namun kali ini
dengan wajah tersenyum tipis. Tak berapa lama , sampailah Aaron di depan
mereka, dengan nafas yang masih cepat-cepat.
“Bagaimana
kau melakukannya?” tanya sang kakek kepada Aaron.
“Aku
hanya menembaknya sambil terus mundur agar jarak kami tidak menjadi dekat”
jawab Aaron dengan suara yang putus-putus karena masih kelelahan.
Haari
lalu membalikkan badannya sambil melihat ke arah gunung Edon, lalu berkata “Gunung
ini adalah gunung dimana entelodon paling banyak ditemui atau bisa dibilang di
gunung ini lah markasnya, itulah mengapa namanya gunung Edon yang merupakan
singakatan dari yang mayoritas menghuni kawasan ini, Entelodon, tetapi
jarang-jarang entelodon turun ke bawah, biasanya mereka hanya menghabiskan
hidupnya di badan dan puncak gunung itu, untung saja jumlah yang kita temui
tadi tidak banyak, Entelodon adalah makhluk yang berkelompok, kadang satu
kelompok itu bisa terdiri dari 30 ekor entelodon dewasa”.
“Mungkin
kebetulan saja mereka menemukan rusa lalu memangsanya” jawab sang kakek yang juga
membalikkan badannya sambil melihat ke puncak gunung itu.
Sedangkan
Aaron hanya diam karena sedang mengatur nafasnya, hari sudah terik sekali waktu
menunjukkan limabelas menit lagi pukul dua siang,Haari dan sang kakek tidak
melakukan apapun selain memandang ke arah puncak gunung Edon itu saja, sambil
menunggu Aaron yang masih sibuk mengatur nafasnya,selama beberapa menit mereka
hanya memandangi gunung Edon itu, seakan-akan Haari dan sang kakek ingin
mengatakan atau mempertanyakan sesuatu, benar saja, tiba-tiba ada sesuatu yang
aneh terdengar dari arah gunung Edon itu, sesuatu yang bunyinya seperti
hentakan seratus orang yang sedang berlari, sang kakek menoleh ke belakang
untuk melihat apakah kondisi Aaron tampaknya masih kuat, sementara hari
menyimpan senapannya di ransel yang ia sandang, dan Aaron hanya bingung melihat
wajah sang kakek yang melirik dari bawah ke atas tubuh Aaron.
“Lari
nak, lari” kata sang kakek dengan nada yang pelan, wajahnya seperti orang yang
dihadapi dengan bahaya yang besar.
Haari
lalu berlari ke arah Aaron lalu menggendongnya di punggunnya, sedangkan sang
kakek lagsung menyimpan senapannya di ranselnya, sambil tetap menatap ke arah
bunyi itu berasal, seakan tidak ingin ada yang ingin ia lakukan kecuali satu,
lari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar