"Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang berbeda dari duniamu diatas sana bocah, ini perjalanannya orang-orang yang tangguh" kata sang kakek kepada Aaron, "Jangankan monster, kalian berdua saja bisa aku matikan" jawab Aaron mengarah ke sang kakek dan Haari, mereka berdua hanya tertawa dengan arti mencemeeh, perjalanan mereka ke danau sudah hampir tiba, dari kejauhan sudah tampak sebuah danau yang cukup luas dan indah, disekitarnya tumbuh pohon-pohon yang besar namun tidak terlalu tinggi, sangat rindang, cahaya matahari memancar ke permukaan danau tersebut lalu membiaskan warna-warni yang indah meski dilihat dari kejauhan, Aaron dan Haari hanya bisa memunculkan wajah yang terpesona ketika melihat danau itu, tidak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan bagaimana indahnya danau itu, mereka bertiga terus berjalan mendekat ke danau itu, namun sang kakek yang berjalan didepan tiba-tiba saja memberi aba-aba dengan tangannya untuk berhenti, Aaron dan Haaripun berjalan ke samping sang kakek, dan melihat sang kakek dengan wajah terkejut menatap ke suatu titik di permukaan danau itu, "sesuatu yang indah tidak selalu benar keseluruhan, siapkan senjata kalian!" Kata sang kakek sambil memidikkan senjatanya ke depan, Aaron dan Haari sontak langsung mengambil senjata mereka dari tasnya masing-masing, Aaron memegang senjata api yang bagian belakangnya terbuat dari kayu, berwarna coklat dan mengkilap, sedangkan Haari senapan yang ujungnya diikat sebuah pisau, senjata Haari penuh dengan aksesoris yang tampaknya berasal dari sesuatu yang diburunya, sang kakek lalu memerintahkan kembali dengan tangannya untuk maju, lalu si kakek pun bersembunyi dibalik sebuah pohon yang jaraknya cukup dekat dari pinggir danau, "Ada apa kek?" Tanya Aaron polos, sedangkan Haari hanya diam saja sambil tetap fokus ke danau itu, seolah-olah sudah tahu apa yang sedang mereka hadapi, "kita kedatangan monster ular, namun tidak terlalu besar, kau tidak perlu takut, ini ular yang belum terlalu dewasa" kata sang kakek yang menyandarkan punggungnya ke pohon itu dan melihat kebelakang ke arah danau itu, persis seperti orang yang sedang berperang, benar saja, perlahan-lahan seperti ada yang bergerak dipermukaan danau itu, Aaron tidak menyangka karena dia telah melihat seekor ular yang besarnya kurang lebih 10 meter berenang didanau itu dan perlahan-lahan mendekat ke arah mereka! Dalam hatinya Aaron berkata "kalau yang belum besar saja segini, seperti apa yang besarnya".
"Dor!!" Tembakan pertama di lakukan oleh kakek itu dan membuat ular itu mengeluarkan suara yang sangat keras, "Duar!Duar!Duar!" Suara tembakan Haari terdengar lebih keras daripada sang kakek, dan dilakukan tiga kali, setelah tembakan yang dilakukan oleh Haari, ular itu tampak hilang di permukaan danau itu, tidak ada tanda-tanda kemunculan ular itu dalam beberapa detik,suasana semakin menegang, sementara mereka bertiga tetap dalam posisi membidik, tiba-tiba terlihat riak air di pinggir pas didepan pohon dimana mereka bertiga berada, "mundur!mundur!" Teriak sang kakek sambil mendorong-dorong Haari dan Aaron untuk bergerak mundur kebelakang, "Dashh!!!" Hanya kurang sepersekian detik saja, mereka bertiga mungkin akan mati karena pohon dimana mereka berada sebelumnya tadi tiba-tiba tumbang, "Duar!!!" Haari menembakkan senapannya kearah pohon itu, posisi Haari berada didepan sedangkan Aaron dan kakek itu berada dibelakangnya, muncul kepala ular dari balik batang pohon yang tumbang itu dan dengan sangat cepat bergerak kearah mereka, "Haari!" Teriak sang kakek sambil merangkul Aaron dengan sebelah tangannya seolah menginstruksikan untuk mundur lagi, mereka berdua pun mundur beberapa langkah lagi, ular tadi menyerang Haari dengan sangat cepat, Aaron dan sang kakek tidak tahu apa yang terjadi kepadanya, mereka hanya diam sambil tetap membidik ke arah pohon itu, tiba-tiba mereka dikejutkan karena kepala ular tadi kini bergerak ke arah mereka dengan cepat, sang kakek dan Aaron pun spontan melepaskan tembakan ke arah kepala ular itu, lalu sang kakek menghindar ke arah kiri dan Aaron ke arah kanan untuk menghindari kepala ular itu, setelah jatuh ditanah, wajah Aaron dan sang kakek tampak bingung melihat kepala ular itu, sebab hanya kepalanya saja, badannya tidak ada"ambil saja kepalanya kalau kau mau" kata seseorang yang ternyata adalah Haari yang berjalan ke arah mereka sambil membidik kearah Sang kakek, lalu bergerak membidik Aaron, dengan senyumnya yang tampak mengerikan itu dan tatapan matanya, "aku mengikatkan pisau diujung senapanku, karena bagaimanapun kita pasti akan diserang dari jarak yang dekat" kata Haari sambil mengusap-ngusap mata pisau yang berada di ujung senapannya itu, sang kakek dan Aaron hanya bisa menggeleng-gelengkan melihat kelakuan teman mereka itu, "apa kau jadi mencari ikan disana?" Tanya Haari, sang kakek lalu mengangguk dan berjalan kembali mendekati danau itu, Aaron dan Haaripun mengikutinya, Aaron masih bercampur-campur emosinya, antara takut, kagum, bangga, dan bingung dengan apa yang barusan ia lihat tadi, Haari berjalan dengan santai tanpa kuda-kuda membidik, namun sepertinya ia tetap mengawasi sekeliling, sama halnya dengan sang kakek yang selalu awas dengan sekelilingnya, mungkin seperti itulah mereka, seorang pemburu haruslah awas terhadap sekelilingnya.
Jumat, 04 Desember 2015
Dunia Dalam Jurang 14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar