Jumat, 04 Desember 2015

Dunia Dalam Jurang 13





Matahari pun kini telah terbit dari Timur, memancarkan cahaya nya yang lebih terang daripada temannya yang bertugas malam tadi, disudut pasar itu ramai orang yang masih terlelap, mungkin penjual-penjual yang baru saja tidur beberapa jam yang lalu, tak terkecuali seorang anak muda dan orang tua yang selalu bersama itu masih asik dengan alam mimpinya, sedangkan panas sudah cukup terasa di kulit, tapi sepertinya rasa lelah mengalahkan apapun yang sedang terjadi dengan mereka.
“Bangun, bangun, bangun” kata seseorang kearah sang kakek dan Aaron, namun mereka berdua masih saja terlelap, lalu seseorang yang baru saja menyuruh bangun itu bersuara lebih keras lagi, “Bangun!Bangun!Bangun!”, barulah Aaron dan sang kakek terbangun, ketika baru membuka mata, terkejutlah mereka bahwa yang membangunkannya adalah penjual yang tadi malam dimana mereka membeli lada hitam, “kau tidak tidur?” tanya sang kakek sambil mengusap-ngusap matanya, sedangkan Aaron mulai merenggangkan tangannya keatas dan bangkit dari posisinya, “seorang pemburu tidak perlu berlama-lama tidur, karena dia harus siap dengan semua bahaya yang bisa saja datang tiba-tiba” jawab penjual itu dengan senyum yang menampakkan giginya yang besar-besar itu, badan penjual itu sangat tegap dan keliatannya adalah orang yang tangguh, otot-ototnya tangannya tampak menonjol dipakaian setengah lengan berwarna coklat yang dikenakannya itu, ada beberapa bekas luka di tangannya, “jadi kemana kita hari ini?” tanya penjual itu, Aaron hanya melihat kearah sang kakek, “kita akan kerumahku dulu” kata sang kakek yang lalu berdiri dari posisi duduk, “kita akan mengambil berbagai perlengkapan yang kita perlukan” lanjut sang kakek sambil mengulurkan tangannya ke arah Aaron untuk menawarkan bantuan ke Aaron untuk berdiri, Aaron pun memegang tangannya sang kakek itu dan berdiri perlahan-lahan, si penjual hanya tersenyum melihat itu, penjual itu menyandang tas kulit yang lumayan besar, yang mungkin isinya adalah barang-barang dagangannya tadi malam, sang kakekpun memberi isyarat “ayo” dengan tangannya ke penjual itu, dan mereka pun mulai berjalan meninggalkan pasar itu menuju ke arah rumah sang kakek.
“Jadi kita akan memburu apa hari ini?” tanya sang penjual itu ke sang kakek, belum dijawab oleh sang kakek si penjual itu melanjutkan, “oh iya, kalian berdua panggil saja aku Haari” , sang kakek hanya diam tetapi Aaron tersenyum ke arah Hari sambil mengangguk, “Oh ya anak muda, siapa namamu? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya” kata Haari sambil menepuk pundak Aaron, “Aku orang baru disini ri” jawab Aaron, “Oh iya? Kenapa kau bisa kemari?” tanya Haari, “Aku tidak sengaja terjatuh kesini” jawab Aaron singkat, “Ooh hahaha, kau pasti bukan tidak sengaja, tidak mungkin, kau sengaja pergi kejurang tersebut karena penasarankan kan? Lalu kau terpleset dan kau kira kau sudah mati, lalu kau bertemu dengan Badri” kata Hari sambil tertawa, “bagaimana kau bisa tau?” tanya Aaron, “Mayoritas orang yang baru ada disini juga memiliki kejadian yang hampir sama, tentu saja dia tau” jawab sang kakek yang dari tadi hanya diam, “Hahaha jangan kau bocorkan rahasianya kakek, dia sudah hampir mengira kalau aku sakti” kata Haari sambil memukul ringan bahu sang kakek itu, “Oh iya, sebelunya apakah kau sudah pernah bermain-main dengan senjata? Karena disini keahlian dalam menggunakan senjatalah yang menentukan seberapa panjang umurmu dan seberapa kaya kau nantinya, hahaha” tanya Hari ke Aaron, “Kakek ini mengatakan kalau dia akan mengajarkan ku beberapa teknik hari ini karena kita juga akan berburu setelah mengambil perlengkapan dirumahnya” jawab Aaron yang dari tadi hanya melihat ke depan, “Woow, kita akan berburu? Berburu apa hari ini?” tanya Hari dengan antusias, Aaron dan kakek hanya diam tidak menanggapi pertanyaan Hari yang sangat cerewet itu, dengan adanya Hari, kekuatan mereka bertambah, dan kemungkinan untuk menakhlukkan lebih banyak monster dan monster-monster baru akan besar, mengingat Hari adalah seorang pemburu yang cukup berpengalaman.
Akhirnya mereka sampai didepan rumah tua milik sang kakek itu, dan sang kakekpun membuka kunci pintu depan rumahnya, lalu membuka pintu itu dan mempersilahkan Aaron dan Hari untuk masuk kedalamnya, “wow, selama ini aku hanya melihat, baru bisa aku memasuki rumah ini” kata Hari sambil melihat ke sekeliling rumah sang kakek itu, sedangkan sang kakek langsung pergi kebelakang untuk mempersiapkan perlengkapan, dan Aaron hanya duduk sebentar di kursi dimana dia duduk sewaktu pertama kali datang kerumah itu, “Hey liat itu, itu kan kepala ular raksasa yang dulu pernah hidup dan sempat menguasai daerah ini?” tanya Hari sambil menunjuk kepala ular yang diawetkan yang berada dibawah jam dinding tua tembok rumah kayu itu, “dia adalah orang paling berjasa karena dengannya lah aku tumbuh didunia ini” jawab sang kakek yang sedang sibuk dengan perlengkapannya di belakang, “mengapa kau memotong kepalanya?” tanya Hari sambil mengarahkan tangannya ke arah kepala ular tersebut dan menoleh ke arah sang kakek, “karena kalau badannya juga kubawa tidak akan muat” jawab sang kakek yang masih sibuk dengan perlengkapannya, Hari diam sebentar, lalu kembali bertanya “kita akan pergi kemana? Sementara aku taruh dulu barang-barang aku disini ya?”, si kakek hanya diam, dia tak menyangka kalau ternyata penjual yang dibawanya tadi malam ini lebih banyak tanya daripada pemuda yang ia temukan beberapa hari yang lalu, “kau bisa menggunakan senjata apa saja, ri?” tiba-tiba Aaron bertanya, Hari menoleh ke arah Aaron lalu berkata “itu adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan perkataan, kau harus melihatnya” tatapan Hari ke Aaron sangat menyeramkan dengan senyumnya yang mengerikan, Aaron tiba-tiba mengarahkan pukulan kearah Haari, Haari dengan spontan menangkap tangan Aaron lalu dari memegang tangan Aaron saja, ia bisa mengangkat tubuh Aaron sehingga melayang dari kursi yang didudukinya, sambil tetap dengan senyum dan tatapannya tajam, Haari berkata “Kau pasti pernah ikut beladiri atau kau mungkin adalah anak dari orang yang bisa beladiri”, perkataan Haari lantas saja langsung membuat Aaron bingung, sebab kedua-dua perkataanya benar, “Tanganmu lumayan kasar, kau pasti orang yang cukup emosional” lanjut Haari sambil meraba-raba telapak tangan Aaron, Aaron hanya bisa diam dengan mulut yang sedikit terperangah, dimatanya seolah-olah Haari tampak sangat sakti, selain kuat dia juga bisa menebak dengan tepat, Haari pun melepaskan tangannya yang menggenggap telapak tangan Aaron tadi, lalu berkata “Dalam bertarung kita tidak bisa asal-asalan, semuanya ada perhitungan”, Haari tampak seperti ingin melanjutkan kata-katanya, tapi belum sempat ia melakukan itu, sang kakek langsung datang ke mereka berdua, dengan tas yang lebih besar, golok di pinggang sebelah kirinya sedangkan tangannya menenteng senapan berwarna coklat yang mengkilat, “apakah kalian sudah siap, bocah?” tanya sang kakek kepada Aaron dan Haari yang masih kaget liat gaya sang kakek, tanpa berkata apapun mereka berdua langsung berdiri, seolah mengatakan sudah siap, mereka lalu mengikuti si kakek yang berjalan keluar, lalu mengunci pintu depan rumahnya. “Oke, hari ini aku ingin sekali makan ikan segar, kita akan pergi ke danau yang tidak terlalu jauh dari sini, perjalanan kesananya tidak akan terlalu melelahkan, tetapi, perjuangan untuk bisa kembali kesini lah yang akan melelahkan” kata si kakek sambil tersenyum dan mulai berjalan, Haari dan Aaron saling bertatap-tatapan, dengan senyum yang lebar dan wajah yang berbinar, seolah-olah mereka sangat bersemangat sekali, “Ayo kita lakukan ini” kata Haari sambil melakukan tos ke Aaron, dan mereka pun mulai berjalan mengikuti sang kakek tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar