Sabtu, 05 Desember 2015

Dunia Dalam Jurang 17


sumber : http://ichef.bbci.co.uk/naturelibrary/images/ic/640x360/e/en/entelodont/entelodont_1.jpg
Perjalanan mereka kali ini menempuh jarak kurang lebih 3km dari danau yang mereka singgahi tadi, sudah hampir 20 menit mereka berjalan, sesekali mereka mengambil botol air  yang berada di sebelah kanan pinggang mereka yang memang sengaja di taruh disana dan meminumnya sambil tetap berjalan, sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan yang terjadi, dari kejauhan sudah terlihat puncak gunung Edon yang merupakan pertanda bahwa mereka hampir sampai, terdengar suara seperti orang dewasa mendengkur dari kejauhan, namun mereka tidak menghiraukannya sambil tetap berjalan, perlahan-lahan suara tersebut semakin kuat, dan tampaklah sekawanan babi liar yang sangat besar dan jumlahnya ada 5 ekor sedang makan seekor rusa betina dan anaknya yang sudah terkapar meregang nyawa, jarak mereka ada kurang lebih 7 meter di depan, babi liar ini tampaknya adalah hewan pemakan daging, mereka tetap berjalan sehingga jarak mereka dengan babi-babi itu semakin dekat, kawanan babi yang sedang makan itu tiba-tiba menoleh ke arah mereka,spontan mereka bertiga pun berhenti namun belum memasang posisi membidik, mungkin karena mendengar sesuatu yang mengusik, mengingat suasana di kaki gunung itu cukup tenang dan sunyi.
“Entelodon” kata Harii dengan suara yang pelan.
Sang Kakek mendekatkan kepalanya ke Aaron lalu membisikkan “mundur nak, mundur dengan perlahan, tetap bersiap dengan senapanmu”.
Aaronpun mengambil langkah mundur perlahan-lahan sambil memperkuat pegangannya dengan senapan yang sedang ia tenteng itu, kawanan Entelodon itu masih tetap melihat ke arah mereka, semuanya menghentikan aktifitas makannya, Haari dan sang kakek pun sudah bersiap dengan senapannya masing-masing, namun mereka masih belum dalam posisi membidik, tiba-tiba salah satu dari entelodon itu berteriak dan akhirnya kelima-lima nya berlari ke arah Haari dan sang kakek, kecepatan dari lari mereka ini kurang lebih sama dengan kuda, suara kaki mereka terdengar kuat dan menggetar di atas rumput, Haari melakukan tembakan pertama ke entelodon yang berada paling depan, yang berteriak tadi, tembakan itu mengenai tepat di kepala entelodon itu, namun babi itu hanya menggerakkan kepalanya ke kanan lalu kembali ke depan, tembakan kedua dilepaskan oleh sang kakek yang berada disamping Haari, mengenai kepala entelodon yang berada didepan itu sekali lagi, babi itu berhenti sebentar, begitu juga keempat entelodon yang lain, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, Haari tidak peduli akan hal itu dan melepaskan tembakan 5 kali ke arah kepalanya, entelodon itupun berteriak lalu tumbang di tengah-tengah kawanannya sambil tetap bergerak-gerak sekarat di tengah kawanannya, kawanannya tampak marah, lalu keempat babi itu berteriak bersamaan sambil berlari ke arah Haari dan sang kakek, pertempuran jarak dekat pun tidak terelakkan, meskipun telah melepaskan tembakan berkali-kali, namun karena jumlahnya ada empat, mereka tidak bisa konsentrasi dan akhirnya babi itu pun menyeruduk-nyeruduk dengan kepalanya sambil membuka-buka mulutnya seolah ingin mengunyah tangan mereka dengan gigi mereka yang besar itu, sang kakek menghindar sambil tangan yang satunya mengambil golok di ransel yang ia sandang, sedangkan Haari terus menghindar ke samping sambil menusuk-nusuk entelodon itu dengan senapannya yang bermata pisau, satu entelodon menyerang Haari sedangkan yang tiga lagi menyerang si kakek, “Clashh!” darahpun berhamburan di langit gunung Edon disusul suara teriakan salah satu entelodon, satu ekor lagi entelodon yang terkapar meregang nyawa tepat ketika sang kakek baru saja mengeluarkan goloknya lalu langsung menebas ke samping kirinya, ia melihat satu entelodon lagi yang berada di depannya, terlepas dari kesadaran Haari dan sang kakek, satu entelodon bergerak lari ke arah Aaron yang jaraknya ada 15 meter dari mereka, sementara sang kakek tidak menyadarinya dan sibuk bertempur dengan satu entelodon dengan goloknya, Haari baru menyadari bahwa seekor entelodon berlari ke arah Aaron.
“Aaron!!!” Teriaknya sambil melihat ke arah Aaaron sementara ia bergerak-gerak menghindari serudukan entelodon yang sedang dihadapinya
Teriakan Haari sontak membuat sang kakek yang masih sibuk dengan pertempurannya melihat ke arah Aaron dan mengalihkan konsentrasinya sehingga tak sadar iapun terseruduk oleh entelodon sampai terjatuh , tidak beda halnya dengan Haari yang walaupun masih tampak fokus dengan pertempurannya, ia sering menoleh-noleh ke arah Aaron sehingga sampai pada satu serudukan yang dilakukan oleh entelodon yang sedang dihadapinya mengenai tangannya, senapan Haaripun terlepas jatuh ke tanah walau badannya tetap berdiri kokoh, kini mereka berdua tidak bisa melakukan apa-apa kepada Aaron, karena keadaan mereka berduapun kini menjadi semakin sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar