Jumat, 04 Desember 2015

Dunia Dalam Jurang 12



Setelah gigi ropen itu terbeli, mereka berdua pergi ke sebuah sudut di pasar itu, lalu duduk disebuah kursi yang terbuat dari kayu, dari sini mereka bisa melihat seluruh penjual dipasar itu, “dimana kita akan menginap?” tanya Aaron, “kita akan menginap di sini saja” jawab sang kakek, sambil membolak-balik dan melihat gigi ropen yang baru saja dibelinya, “untuk apa kau beli gigi itu?” tanya Aaron yang bingung melihat tingkah laku si kakek, “dengan gigi ini kita bisa mendapat lebih banyak” jawab sang kakek sambil tetap membolak-balek gigi itu, Aaron yang masih bingung itu pun kembali bertanya “apa maksudmu?” , sang kakek menarik nafas, lalu menoleh kearah Aaron sambil menatap tajam ke arah matanya, “gigi ropen ini bisa digunakan untuk memancing ropen lain jika kita menggunakannya, ropen yang terpancing akan kita bunuh, lalu kita jual, kita buru lagi ropen lain, kita taklukkan, lalu kita jual lagi” kata sang kakek, “apa itu yang biasa kau lakukan?” tanya Aaron, “tidak juga, karena baru-baru ini aku jumpa dengan anak muda yang banyak tanya, aku akan mengajari mu cara menggunakan berbagai senjata, memburu, dan menaklukkan berbagai tipe monster, kita akan pulang kerumah besok pagi, mengambil perlengkapan sebentar, lalu pergi lagi untuk berburu, sudah jelas?” jawab sang kakek sambil menyimpan kembali gigi ropen itu ke dalam tasnya, Aaron hanya diam sambil tersenyum lalu berpaling dari wajah sang kakek, lalu memejamkan matanya sambil meletakkan kedua tangganya di kepala , “aduh, kakek kelupaan satu, kau mau tunggu disini ?” kata sang kakek sambil beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah pasar, Aaron yang baru saja memejamkan mata, membuka lagi matanya lalu spontan berdiri dan mengikuti sang kakek, “emang kau kekurangan apa lagi ?” tanya Aaron yang masih berada di belakang sang kakek, “kita butuh lada hitam” kata sang kakek, Aaron pun langsung bertanya lagi “lada hitam? Untuk apa? Kau mau jadi dukun ya?”, sang kakek hanya diam sambil tetap berjalan. Sesampainya di salah satu penjual di pasar itu, yang penjualnya memakai pakaian penuh dengan tulang-tulang, “hei kawan, ada lada hitam?” tanya si kakek, “ada Badri” jawab penjual itu, jawaban itu langsung saja membuat kakek dan Aaron kebingungan, bagaimana dia bisa tau dengan nama sang kakek, “aku selalu mencari informasi tentang dirimu, aku tertarik dengan caramu berburu” kata si penjual itu sambil memberikan lada hitam kepada sang kakek, lalu berkata “kalau kau mau, aku bisa ikut denganmu, aku bisa membantumu dalam banyak hal”, “sudah berapa banyak monster yang kau taklukkan?” tanya sang kakek yang belum mengambil lada hitam dari tangan penjual itu, “sehari yang lalu aku baru saja membunuh 5 mngwa, aku juga berhasil mengambil gigi titanoboa tanpa membunuhnya, kau bisa lihat yang dileherku ini? Ini adalah gigi ropen yang baru saja kubunuh 2 minggu yang lalu” kata si penjual sambil menunjuk kalung dilehernya, “baiklah kau ikut denganku” kata sang kakek sambil mengambil lada hitam dari tangan penjual itu, dalam hatinya sang kakek sudah tau bahwa penjual ini bukan pemburu yang biasa, bisa dilihat dari banyaknya tulang yang ia rangkai, “berapa?” tanya sang kakek yang bertanya harga lada hitam tadi, penjual tadi tertawa lalu berkata “kau membayarnya dengan memasukkan aku kedalam timmu”, si kakek hanya diam saja, memasukkan lada hitam tadi kedalam tasnya, lalu beranjak meninggalkan penjual itu,Aaron pun hanya mengikut sang kakek, “besok pagi kau temui kami di sudut kota ini” kata si kakek sambil merangkul pundak Aaron, si penjual tadi hanya tersenyum lebar mendengarnya, lalu kembali sibuk dengan barang dagangannya. “Kenapa gayamu sok tenang begitu?” tanya Aaron kepada sang kakek dalam perjalanan itu, “aku emang aslinya orang yang tenang” jawab sang kakek sambil mengusap rambutnya, si Aaron hanya tertawa sambil memukul ringan bahu sang kakek, nampak jelas keakraban diantara orang tua dan anak muda itu di sepanjang mereka berjalan, malam pun semakin larut, pasar itu belum tutup, biasanya pasar yang hanya ada malam hari itu tutup pagi-pagi jam 2 atau 3, tempat Aaron dan kakek itu beristirahat berada tidak jauh dari pusat pasar, hanya ada kira2 150 meter, disana juga ada orang-orang yang istirahat atau singgah dari tempat yang jauh, Aaron dan kakek itu pun tiba disana, tanpa, si kakek yang langsung mengambil posisi berbaring di atas kursi yang mereka tempati sebelumnya, sedangkan Aaron tidur dilantai dibawahnya, “selamat tidur bocah” kata sang kakek yang mulai memejamkan matanya, Aaronpun tidak menjawab itu dan juga memulai memejamkan matanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar